kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,01   -18,50   -1.98%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lockdown dan panic buying di berbagai negara bisa mengguncang ketahanan pangan global


Selasa, 31 Maret 2020 / 09:30 WIB
Lockdown dan panic buying di berbagai negara bisa mengguncang ketahanan pangan global
ILUSTRASI. Panic buying di London. Lockdown dan panic buying yang diberlakukan berbagai negara bisa mengguncang ketahanan pangan global. REUTERS/Ben Blanchard


Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi

Dalam beberapa minggu terakhir, pembatasan ekspor pada makanan pokok seperti beras dan gandum saat wabah menyebar ke seluruh dunia mulai dilakukan.

"Ditambah dengan krisis gerombolan belalang saat ini [di Afrika dan Timur Tengah] yang mempengaruhi produksi pangan, hal itu dapat memperburuk pasar pangan global, yang menyebabkan pembelian panik, pembatasan ekspor dan gangguan dalam rantai pasokan, membuat harga makanan melonjak," ujar Cheng Guoqiang, seorang profesor di Sekolah Ekonomi dan Manajemen Universitas Tongji di Shanghai.

Baca Juga: Ini jadwal resmi Olimpiade Tokyo, digelar pada 23 Juli-8 Agustus 2021

"Karena itu, jika wabah tidak dapat dikendalikan secara efektif, hal itu dapat menyebabkan krisis pangan dunia yang serius dan secara langsung mengancam ketahanan pangan bagi China dan negara-negara berkembang," katanya.

Vietnam, pengekspor beras terbesar ketiga di dunia, mengatakan pada hari Jumat bahwa pihaknya berencana untuk menimbun beras dan menangguhkan kontrak ekspor baru sampai akhir bulan. 

Sementara Thailand melarang pengiriman telur ayam selama seminggu setelah kekurangan pasokan domestik yang menyebabkan lonjakan permintaan dan kenaikan harga berlipat ganda.

Baca Juga: Waduh, lukisan Van Gogh dicuri dari museum Belanda saat ditutup karena wabah corona




TERBARU

[X]
×