kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Lockdown dan panic buying di berbagai negara bisa mengguncang ketahanan pangan global


Selasa, 31 Maret 2020 / 09:30 WIB
Lockdown dan panic buying di berbagai negara bisa mengguncang ketahanan pangan global
ILUSTRASI. Panic buying di London. Lockdown dan panic buying yang diberlakukan berbagai negara bisa mengguncang ketahanan pangan global. REUTERS/Ben Blanchard


Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus corona bisa mengganggu rantai pasokan pangan global secara serius dan membuat harga melonjak. Terutama bagi negara-negara dengan struktur pasokan yang rentan.

Ancaman ini bisa jadi kenyataan jika negara-negara produsen pangan utama meningkatkan pembatasan ekspor mereka di tengah wabah corona.

Baca Juga: Data Johns Hopkins: Kasus virus corona di AS sudah lampaui 160.000, 3.000 kematian

Dilansir dari South China Morning Post, China diperkirakan akan terlindung dari kekurangan pasokan yang parah karena negara itu telah mengandalkan hasil beras dan gandumnya sendiri untuk memberi makan 1,4 miliar penduduknya.

Tetapi ketergantungan China pada impor produk tanaman tertentu, seperti kedelai, dapat membuat harga pangan melonjak dan menambah kesulitan untuk konsumen dalam negeri.

FAO mengatakan pada pekan lalu bahwa pihaknya telah melihat tanda-tanda bahwa tekanan karena lockdown mulai berdampak pada rantai pasokan pangan, seperti perlambatan dalam industri perkapalan. 

"Gangguan, khususnya di bidang logistik, dapat terwujud dalam beberapa bulan mendatang,” tulis pernyataan FAO.

Baca Juga: Sepakat bahas minyak dengan Putin, Trump: Arab Saudi dan Rusia sama-sama gila

Komite PBB tentang Keamanan Pangan Dunia membunyikan peringatan yang lebih kuat bahwa gangguan di perbatasan dan rantai pasokan dapat menyebabkan efek dalam sistem pangan dengan dampak yang berpotensi menimbulkan bencana.

Dalam beberapa minggu terakhir, pembatasan ekspor pada makanan pokok seperti beras dan gandum saat wabah menyebar ke seluruh dunia mulai dilakukan.

"Ditambah dengan krisis gerombolan belalang saat ini [di Afrika dan Timur Tengah] yang mempengaruhi produksi pangan, hal itu dapat memperburuk pasar pangan global, yang menyebabkan pembelian panik, pembatasan ekspor dan gangguan dalam rantai pasokan, membuat harga makanan melonjak," ujar Cheng Guoqiang, seorang profesor di Sekolah Ekonomi dan Manajemen Universitas Tongji di Shanghai.

Baca Juga: Ini jadwal resmi Olimpiade Tokyo, digelar pada 23 Juli-8 Agustus 2021

"Karena itu, jika wabah tidak dapat dikendalikan secara efektif, hal itu dapat menyebabkan krisis pangan dunia yang serius dan secara langsung mengancam ketahanan pangan bagi China dan negara-negara berkembang," katanya.

Vietnam, pengekspor beras terbesar ketiga di dunia, mengatakan pada hari Jumat bahwa pihaknya berencana untuk menimbun beras dan menangguhkan kontrak ekspor baru sampai akhir bulan. 

Sementara Thailand melarang pengiriman telur ayam selama seminggu setelah kekurangan pasokan domestik yang menyebabkan lonjakan permintaan dan kenaikan harga berlipat ganda.

Baca Juga: Waduh, lukisan Van Gogh dicuri dari museum Belanda saat ditutup karena wabah corona



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×