Sumber: Al Jazeera | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Venezuela Nicolás Maduro menuding Amerika Serikat tengah mempersiapkan upaya penggulingan pemerintahannya melalui pengerahan kekuatan militer di Karibia.
Dalam pernyataan yang jarang ia sampaikan secara langsung kepada wartawan, Maduro menegaskan bahwa negaranya siap merespons jika terjadi serangan, bahkan dengan mendeklarasikan “republik bersenjata”.
Venezuela Klaim Hadapi Ancaman Terbesar dalam 100 Tahun
Maduro menilai pengerahan kapal perang dan kapal selam AS merupakan bagian dari strategi perubahan rezim melalui ancaman militer.
“Venezuela menghadapi ancaman terbesar yang pernah dilihat benua kita dalam 100 tahun terakhir,” ujarnya. Ia menambahkan, bila Venezuela diserang, pihaknya akan segera melancarkan perjuangan bersenjata untuk mempertahankan kedaulatan.
Baca Juga: AS Gandakan Hadiah Penangkapan Presiden Venezuela Nicolas Maduro Menjadi US$50 Juta
Menurut Maduro, AS telah mengerahkan delapan kapal militer dengan 1.200 rudal serta sebuah kapal selam nuklir yang diarahkan ke Venezuela. Kondisi tersebut membuat pemerintahnya meningkatkan status kesiapsiagaan militer maksimum.
Respons Militer Venezuela
Sebagai langkah antisipasi, Maduro mengumumkan penempatan pasukan di sepanjang perbatasan Venezuela serta menyerukan kepada ribuan warga sipil untuk bergabung dalam milisi bersenjata. Langkah ini bertujuan memperkuat pertahanan jika terjadi intervensi asing.
Menurut laporan, Angkatan Laut AS saat ini menempatkan dua kapal perusak berpemandu rudal USS Gravely dan USS Jason Dunham di Karibia. Selain itu, kapal perusak USS Sampson dan kapal penjelajah USS Lake Erie beroperasi di perairan Amerika Latin.
Seorang pejabat AS mengonfirmasi kepada Reuters bahwa kapal selam bertenaga nuklir juga menjadi bagian dari armada tersebut.
Associated Press bahkan melaporkan kekuatan itu dapat diperluas dengan pengerahan kapal serbu amfibi yang membawa sekitar 4.000 pelaut dan Marinir AS. Meski demikian, Washington menyatakan tidak memiliki rencana mengirim pasukan darat ke wilayah Venezuela.
Baca Juga: Pemilu Venezuela Diboikot Oposisi, Partai Maduro Menang Telak
Tuduhan AS terhadap Maduro
Pemerintahan Presiden Donald Trump menuduh Maduro memiliki hubungan erat dengan jaringan narkotika di Amerika Latin. Namun, hingga kini, bukti yang mendukung klaim tersebut belum pernah dipublikasikan.
Bahkan, laporan intelijen internal AS yang bocor tahun ini menyebut tidak ditemukan kaitan langsung Maduro dengan kelompok kriminal Venezuela Tren de Aragua, yang sempat dijadikan alasan untuk mempercepat deportasi warga Venezuela dari AS.
Pada Agustus lalu, AS juga menggandakan hadiah menjadi $50 juta bagi siapa pun yang memberikan informasi yang dapat membawa pada penangkapan Maduro.
Selain isu militer, Maduro kembali menegaskan dirinya sebagai pemimpin sah Venezuela setelah memenangkan masa jabatan ketiga dalam pemilu 2024. Namun, oposisi menolak hasil pemilu tersebut dan mengklaim sebagai pemenang yang sebenarnya. AS dan sebagian besar negara kawasan juga tidak mengakui legitimasi kemenangan Maduro.