Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Obat-obatan Barat yang populer untuk penyakit berbahaya, termasuk kanker dan diabetes, telah terperangkap dalam perang dagang AS-Tiongkok yang semakin panas.
Hal tersebut terungkap dari tinjauan Reuters terhadap data regulator Tiongkok.
Kondisi ini mengancam akan mendongkrak biaya dalam pembuatan obat.
Melansir Reuters, Tiongkok mengumumkan pada hari Jumat (11/4/2024) bahwa mereka akan menaikkan pungutannya atas impor barang-barang AS menjadi 125%. Langkah ini merupakan aksi balasan atas keputusan Presiden AS Donald Trump yang memilih ekonomi terbesar kedua di dunia untuk bea yang lebih tinggi.
Pemerintahan Trump saat ini juga tengah menyelidiki apakah impor produk farmasi mengancam keamanan nasional AS.
Menurut catatan dari Administrasi Produk Medis Nasional Tiongkok, perusahaan farmasi besar termasuk AstraZeneca, Sanofi, GSK, dan Eli Lilly memiliki setidaknya satu lokasi produksi di AS untuk obat-obatan mereka yang dijual di Tiongkok.
Di Indiana, AstraZeneca memiliki lokasi produksi untuk obat kanker terlarisnya durvalumab. Eli Lilly juga memproduksi obat diabetes dan penurunan berat badan yang populer tirzepatide di sana.
Baca Juga: Kebijakan Tarif Trump Mengusik Eksportir Kopi Indonesia
Carolina Utara terdaftar sebagai lokasi untuk produksi antibodi pencegah virus pernapasan (RSV) AstraZeneca dan Sanofi, nirsevimab, serta untuk rejimen dua obat HIV GSK lamivudine/dolutegravir.
Catatan yang ditinjau Reuters tidak merinci berapa banyak produksi AS yang dikirim ke Tiongkok.
Menanggapi pertanyaan Reuters tentang tarif China dan dampaknya, juru bicara Eli Lilly mengatakan bahwa pihaknya "terus memeriksa detailnya" dan menolak berkomentar lebih lanjut.
AstraZeneca dan GSK menolak berkomentar. Sanofi tidak menanggapi permintaan komentar.
Para ahli mengatakan tarif China pada produk AS dapat menyebabkan kenaikan harga atau keterbatasan pasokan beberapa obat.
"Tergantung pada produknya, pasien dan konsumen di China mungkin sangat terpengaruh oleh tarif, karena produksi obat-obatan tidak dapat direlokasi dalam jangka pendek," kata Erik Jandrasits, kepala urusan perdagangan di asosiasi bisnis farmasi dan bioteknologi Swiss, Scienceindustries.
Tonton: Trump Mulai Investigasi Impor Obat dan Chip, Buka Jalan Penerapan Tarif Baru
Untuk pasar AS, perusahaan-perusahaan di industri tersebut telah melobi Trump untuk memberlakukan tarif bertahap pada produk-produk farmasi impor dengan harapan dapat mengurangi dampak dari biaya tersebut dan memberi mereka waktu untuk mengalihkan produksi.
"(Potensi tarif AS) hal itu jelas menimbulkan tekanan pada sektor farmasi mengingat ketidakpastian dan kompleksitas rantai pasokan farmasi saat ini," kata analis William Blair, Matt Phipps.