Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Media pemerintah China memperingatkan Presiden terpilih AS Donald Trump bahwa janjinya untuk mengenakan tarif tambahan pada barang-barang China terkait aliran fentanil dapat menyeret kedua ekonomi teratas dunia itu ke dalam perang tarif yang saling merusak.
Reuters memberitakan, Trump, yang akan menjabat pada 20 Januari 2025, mengatakan pada hari Senin bahwa ia akan mengenakan tarif tambahan 10%, di atas tarif tambahan apa pun pada impor dari China.
Kebijakan itu akan diterapkan hingga Beijing menghentikan perdagangan prekursor kimia yang digunakan untuk membuat obat mematikan itu.
Kedua negara adidaya itu menetapkan posisi mereka menjelang kembalinya mantan presiden itu ke Gedung Putih.
Mengingatkan saja, periode pertama Trump mengakibatkan perang dagang yang mencabut rantai pasokan global dan merugikan setiap perekonomian karena inflasi dan biaya pinjaman melonjak.
Tajuk rencana di media partai komunis Tiongkok, China Daily dan Global Times pada Selasa malam memperingatkan penghuni berikutnya di 1600 Pennsylvania Avenue untuk tidak menjadikan Tiongkok sebagai "kambing hitam" atas krisis fentanil AS atau meremehkan niat baik Tiongkok terkait kerja sama antinarkoba.
Baca Juga: Mexico Bersiap Ambil Tindakan Balasan Hadapi Ancaman Tarif 25% dari Donald Trump
"Alasan yang diberikan presiden terpilih untuk membenarkan ancamannya akan tarif tambahan atas impor dari Tiongkok tidak masuk akal," kata China Daily.
Tajuk itu juga menjelaskan, "Tidak ada pemenang dalam perang tarif. Jika AS terus mempolitisasi isu ekonomi dan perdagangan dengan mempersenjatai tarif, tidak akan ada pihak yang tidak terluka."
Para ekonom telah mulai menurunkan target pertumbuhan ekonomi China senilai US$ 19 triliun untuk tahun 2025 dan 2026 sebagai antisipasi tarif lebih lanjut yang dijanjikan Trump selama kampanye pemilihan. Ekonom juga memperingatkan warga Amerika untuk bersiap menghadapi kenaikan biaya hidup.
"Untuk saat ini satu-satunya hal yang kami ketahui dengan pasti adalah risiko di area ini tinggi," kata Louis Kuijs, kepala ekonom Asia di S&P Global Ratings, yang pada hari Minggu menurunkan perkiraan pertumbuhan China untuk tahun 2025 dan 2026 menjadi masing-masing 4,1% dan 3,8%.
Baca Juga: Meksiko Prediksi Tarif Trump akan Hapus 400.000 Pekerjaan di AS, Ancam Aksi Balasan
"Apa yang kami asumsikan dalam garis dasar kami adalah kenaikan (tarif) menyeluruh dari sekitar 14% sekarang menjadi 25%. Jadi, apa yang kami asumsikan sedikit lebih dari 10% pada semua impor dari China," paparnya.