Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Benih-benih perang dagang mulai ditebar Donald Trump meski dirinya belum terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Tarif 100% untuk negara yang meninggalkan dolar AS jadi ancaman.
Pesan ancaman itu disampaikan Trump saat menghadiri kampanye di Wisconsin pada hari Sabtu (7/9). Dirinya berjanji akan berusaha mempertahankan dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia.
Tekad itu membuat Trump berencana memberikan tarif hingga 100% untuk negara yang meninggalkan penggunaan dolar AS dalam transaksi internasional.
"Banyak negara yang meninggalkan dolar. Mereka tidak akan meninggalkan dolar itu di depan saya. Saya katakan, Anda tinggalkan dolar, Anda tidak berbisnis dengan Amerika Serikat karena kami akan mengenakan tarif 100% pada barang-barang Anda," kata Trump, dikutip CNBC.
Baca Juga: Trump Ancam Penjarakan Lawan-lawannya Jika Menang Pemilu AS, Apa Alasannya?
Hingga saat ini dolar AS memang masih dominan dalam cadangan devisa global. Meskipun begitu IMF menunjukkan bahwa porsinya dalam cadangan devisa bank sentral telah turun lebih dari 70% dibanding tahun 1999.
Minyak, yang menjadi komoditas utama yang dibutuhkan setiap negara, juga masih dihargai dalam dolar AS.
Sebelumnya, Trump mengusulkan kenaikan tarif terhadap semua impor China sebesar 60% atau lebih jika ia terpilih. Kebijakan itu sejalan dengan apa yang telah dirinya lakukan pada masa jabatan pertamanya.
Baca Juga: Xi Jinping dan Pedro Sanchez Berupaya Meredakan Sengketa Perdagangan EU-China
Dolar AS Mulai Ditinggalkan
Beberapa tahun terakhir, beberapa negara di Asia Tenggara hingga Brasil menyerukan perdagangan dilakukan dengan mata uang selain dolar AS.
Menurut pengamat GROW Investment Group, Hao Hong, penerapan tarif 100% akan menciptakan situasi "lose-lose" bagi Amerika Serikat dan China yang jadi rival utama.
Hong meyakini bahwa pesan Trump itu bertujuan untuk melindungi hegemoni dolar AS di pasar keuangan global, sekaligus memberikan ancaman bagi negara yang berusaha mengusik aktivtas perdagangan AS.
Baca Juga: WTO: Pemberlakuan Tarif Impor Cenderung Memukul Rumah Tangga Miskin
"Dolar AS menjadi semacam hak istimewa yang dimiliki AS, semacam pajak likuiditas bagi negara-negara lain di dunia," kata Hong.
Terkait hubungan dengan China, program itu diprediksi akan menimbulkan inflasi dengan persentase yang tinggi di AS.
"Jika kita mengenakan tarif 100% pada ekspor China, misalnya, kita hanya bisa membayangkan betapa tingginya inflasi AS yang akan terjadi. Karena sektor ekspor China sangat kompetitif," lanjutnya.
Jika hal itu terjadi, Hong memprediksi sebagian besar defisit perdagangan AS akan beralih ke sekutu seperti Meksiko dan Kanada.