kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mahathir: Kalau harus memilih, saya pilih China ketimbang Amerika Serikat


Jumat, 08 Maret 2019 / 20:54 WIB
Mahathir: Kalau harus memilih, saya pilih China ketimbang Amerika Serikat


Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Kondisi geopolitik dan ekonomi global makin dinamis dengan poros kekuatan bisa dibilang terpisah dalam dua kutub, yakni Amerika Serikat dan China. Jika dipaksa memilih di antara keduanya, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad akan lebih memilih Beijing.

Dalam wawancaranya dengan South China Morning Post, Mahathir merujuk pada kondisi saat ini di mana ketidakpastian dari negara adidaya Amerika Serikat merupakan faktor negatif dalam ketegangan Sino-Amerika. Tentunya hal ini akan berdampak buruk pada negara-negara lain yang lebih kecil.

Meski, ia mengakui bahwa hubungan Malaysia dengan China juga tidaklah statis. Seiring berjalannya waktu, sejumlah masalah juga kerap mengganggu hubungan kedua negara.

Menurut Mahathir, tiap negara haruskah menemukan cara-cara untuk menyingkirkan kekhawatiran di masa depan.

Secara khusus, ia juga mengatakan negaranya tidak akan terpengaruh oleh keresahan Barat terhadap perusahaan telekomunikasi China Huawei yang dituduh terlibat dalam kegiatan mata-mata.

“Ketika Tiongkok miskin, kami takut terhadap Tiongkok. Ketika China kaya, kami juga takut pada China, ”katanya. 

"Saya pikir kita harus menemukan cara untuk berurusan dengan China dengan tepat," lanjutnya.

Di masa lalu, dia bilang China mengekspor paham komunisme ke wilayah Asia Pasifik termasuk Malaysia. Dan sekarang negeri yang dipimpin Presiden Xi Jinping ini menyebarkan pengaruhnya melalui kekuatan ekonomi.

Tetapi meskipun Malaysia belajar cara untuk mengarahkan hubungan kedua negara, Mahathir menawarkan perspektif dari sejarah. “Kami selalu mengatakan, kami telah menjadi tetangga China selama 2.000 tahun, namun kami tidak pernah ditaklukkan oleh mereka. Tetapi orang-orang Eropa datang pada 1509, dan dalam dua tahun mereka menaklukkan Malaysia,” katanya.

Dan, sementara kecurigaan Barat terhadap Beijing telah memperdalam masalah soal spionase di dunia maya hingga campur tangan dalam politik dalam negeri, Mahathir mengatakan pemerintahnya yang berusia 10 bulan akan membuat keputusan sendiri dan independen tentang bagaimana menangani mitra dagang terbesarnya daripada mengambil petunjuk dari negara lain.

“Yah, itu tergantung pada bagaimana mereka berperilaku. Saat ini AS sangat tidak dapat diprediksi mengenai hal-hal yang mereka lakukan,” kata Mahathir.

Untuk saat ini, dia bilang Malaysia harus menerima bahwa China berada dekat dengan Malaysia. “Dan China adalah pasar yang sangat besar. Kami ingin mendapat manfaat dari meningkatnya kekayaan di Tiongkok," ungkapnya.

Jadi hubungan tersebut disebutnya murni pertimbangan ekonomi. “Sehingga pada saat ini, secara ekonomi kami lebih suka dengan China. Secara politis, tentu saja kita tidak tertarik pada sistem pemerintahan yang sangat otoriter,” tegas Mahathir.




TERBARU

[X]
×