Reporter: Dyah Megasari, CNN Money |
NEW YORK. Seluruh investor di penjuru dunia bertanya-tanya mengenai hasil rapat masing-masing dua bank sentral yang akan bertemu pekan ini. Gubernur The Federal Reserve (The Fed) dan European Central Bank (ECB) bakal mengambil alih panggung bursa pada pekan ini.
Spekulasi terus beredar di pasar mengenai rencana dua lembaga super bodi itu untuk memacu ekonomi wilayah masing-masing.
Pertama, The Fed akan menggelar rapat selama dua hari dimulai hari ini, Selasa (1/8). Kemudian, ECB mengadakan pertemuan bulanan mengenai kebijakan apa yang diambil bank sentral pada Kamis (2/8).
Pejabat The Fed akan bertemu karena ekonomi Amerika Serikat (AS) dinilai kembali memburuk, di mana perlambatan pertumbuhan jumlah pekerjaan menghambat belanja konsumen.
Banyak yang berharap, pekan ini, Fed bertindak dan memperpanjang rencana penahanan suku bunga mendekati nol melebihi target semula yakni hingga 2014.
Bank yang digawangi oleh Ben S Bernanke ini diprediksi merilis kebijakan yang mewajibkan bank meningkatkan dana pencadangan untuk menahan laju inflasi. Bank sentral berharap, industri perbankan lebih memilih menyimpan dananya di instrumen milik otoritas ketimbang menyalurkannya dalam bentuk kredit.
Menjelang pertemuan ini, para analis malah menduga, The Fed akan menunda pelaksanaan quantitative easing (QE) jilid ketiga hingga September mendatang.
"Kami tidak mengharapkan ada perubahan kebijakan yang sangat besar," terang Jeffrey Bergstrand, mantan ekonom Fed yang saat ini menjadi profesor keuangan di University of Notre Dame. Menurutnya, ketimbang Juli, September adalah waktu yang tepat bagi The Fed untuk me-review pertumbuhan ekonomi AS.
Sinyal Fed kalah dengan ECB
Siapa akan membetot perhatian pasar?
"Menurut kami, dari pertemuan kedua bank sentral, yang lebih dinanti adalah ECB," pendapat Kathy Jones, analis fix income di Charles Schwab. Menurutnya, sudah bisa dipastikan, The Fed akan mengirimkan sinyal positif yang menyenangkan pasar. Tapi, bursa tak akan terlalu bereaksi jika keputusan The Fed tak ekstrem.
Perbandingan yang jelas terlihat saat presiden ECB, Mario Draghi bersabda. Padahal, ia hanya mengungkapkan sedikit kalimat yakni Bank Sentral Eropa bakal melakukan "apa saja" untuk menyelamatkan euro. Bursa saham langsung terangkat seketika saat itu.
Spekulasi yang beredar menjelang pertemuan itu adalah, ECB diperkirakan akan melanjutkan pembelian terbatas atas obligasi yang diterbitkan pemerintah Spanyol dan Italia. Draghi juga diramal memberi pilihan lain pada industri perbankan Eropa yakni pinjaman jangka panjang dengan bunga super mini.
Timbul dugaan, ECB akan bekerja sama dengan Komisi Eropa untuk menggunakan European Financial Stability Facility (EFSF) untuk membeli secara langsung surat utang negara melalui pasar perdana. Setelah itu, barulah ECB melakukan operasi di pasar sekunder.
Ada juga spekulasi bahwa Mekanisme Stabilitas Eropa atau European Stability Mechanism (ESM) yang belum sepenuhnya didirikan akan diberikan lisensi perbankan. Secara teori, ini memungkinkan ESM meminjam duit dari ECB yang secara otomatis memberikan sumber pembiayaan yang tak terbatas untuk membeli obligasi.
Atas semua spekulasi, muncul sebuah kritik, bahwa penyediaan likuiditas tambahan hanya akan memperkuat lingkaran setan antara bank dengan pemerintah. Di mana, bank merupakan pembeli utama utang dalam negeri, padahal saat mereka masih bergantung pada ECB.
Tapi, melihat pola lama, "Mereka cenderung memberikan janji ketimbang mengeksekusi janji yang dibuat," tukas Jonas. Mengingat banyaknya harapan yang tinggi, ada risiko investor akan kecewa dengan keputusan yang akan diumumkan ECB.