Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - NEW DELHI. Manmohan Singh, tokoh yang dikenal sebagai "raja yang enggan" saat pertama kali menjabat sebagai perdana menteri India, meninggal dunia pada Kamis (26/12) di usia 92 tahun.
Singh, seorang pemimpin bertutur kata lembut, dianggap sebagai salah satu perdana menteri paling sukses dalam sejarah India.
Sebagai perdana menteri dari 2004 hingga 2014, Singh menjadi pemimpin Sikh pertama di negara tersebut dan menjabat selama dua periode berturut-turut, sebuah pencapaian yang jarang terjadi. Selama beberapa waktu terakhir, ia menjalani perawatan untuk kondisi medis terkait usia.
Singh dikenal luas atas perannya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi India yang pesat, sehingga membantu ratusan juta orang keluar dari kemiskinan ekstrem.
Baca Juga: Nama PM India Modi Terseret dalam Pernikahan Super Mewah Keluarga Konglomerat Ambani
"India berduka atas kehilangan salah satu pemimpin paling terhormat," ujar Perdana Menteri Narendra Modi.
Lahir dalam keluarga miskin di wilayah India yang kini menjadi bagian dari Pakistan, Singh menempuh pendidikan dasar dengan penerangan lilin.
Ia berhasil melanjutkan studi ke Universitas Cambridge, kemudian meraih gelar doktor di Universitas Oxford dengan tesis tentang peran ekspor dan perdagangan bebas dalam perekonomian India.
Singh awalnya merupakan ekonom yang dihormati, gubernur bank sentral India, dan penasihat pemerintah. Ia tidak memiliki ambisi politik ketika tiba-tiba diangkat menjadi menteri keuangan pada 1991.
Sebagai menteri keuangan hingga 1996, Singh dikenal sebagai arsitek reformasi ekonomi yang menyelamatkan India dari krisis neraca pembayaran parah.
Baca Juga: Mantan PM Malaysia Muhyiddin Didakwa Menghasut atas Pernyataan soal Keluarga Kerajaan
Kebijakan deregulasi yang ia terapkan membuka perekonomian India yang sebelumnya terisolasi kepada dunia. Dalam pidato anggaran pertamanya, ia mengutip Victor Hugo: "Tidak ada kekuatan di bumi yang dapat menghentikan sebuah ide yang waktunya telah tiba."
Singh menyebut transformasi ekonomi India sebagai salah satu ide tersebut.
Pada 2004, Singh secara tak terduga diminta oleh Sonia Gandhi, pemimpin Partai Kongres, untuk menjadi perdana menteri. Gandhi, yang lahir di Italia, khawatir latar belakang asingnya akan dimanfaatkan oleh lawan politik Hindu-nasionalis untuk menyerang pemerintah.
Di bawah kepemimpinan Singh, India mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat. Pemerintahannya memperkenalkan berbagai program kesejahteraan, seperti skema pekerjaan untuk masyarakat pedesaan miskin.
Pada 2008, ia juga berhasil mengamankan kesepakatan penting dengan Amerika Serikat yang memungkinkan perdagangan damai energi nuklir setelah tiga dekade.
Baca Juga: Mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra Dapat Pengampunan Kerajaan, akan Bebas Minggu
Namun, upaya Singh untuk lebih membuka ekonomi sering terhambat oleh konflik internal di partainya sendiri dan tekanan dari mitra koalisi.
Meskipun dihormati secara internasional, Singh di dalam negeri kerap menghadapi tudingan bahwa kekuasaan sebenarnya berada di tangan Sonia Gandhi.
Selama masa jabatan keduanya, ia dikritik karena tidak menindak tegas anggota pemerintahannya yang terlibat dalam serangkaian skandal korupsi, yang memicu protes besar-besaran.
Pada tahun-tahun terakhir pemerintahannya, ekonomi India tertekan akibat turbulensi global dan lambannya pengambilan keputusan. Pada 2012, pemerintahannya kehilangan mayoritas setelah mitra utama koalisi keluar sebagai bentuk protes terhadap masuknya supermarket asing.
Baca Juga: PM India Narendra Modi Akan Mengunjungi Rusia Minggu Depan
Pada 2014, Partai Kongres kalah telak dari Partai Bharatiya Janata (BJP) yang dipimpin Narendra Modi. Singh, menjelang akhir masa jabatannya, menyatakan bahwa ia telah melakukan yang terbaik.
"Saya yakin sejarah akan bersikap lebih adil kepada saya dibanding media saat ini atau partai oposisi di parlemen," katanya.
Manmohan Singh meninggalkan seorang istri dan tiga putri. Gaya hidupnya yang sederhana dan reputasinya yang jujur tetap dikenang, meskipun pemerintahannya dilanda berbagai tantangan politik dan ekonomi.