Sumber: Yahoo Finance | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Perubahan dalam ekonomi Amerika Serikat berlangsung dengan kecepatan yang luar biasa, dan laju percepatan ini tampaknya tidak akan melambat dalam waktu dekat.
Laporan McKinsey memperkirakan hingga 30% jam kerja dapat diotomatisasi pada tahun 2030. NASA juga berpotensi mendaratkan manusia di bulan pada tahun 2026, sementara komputer kuantum diprediksi akan mengganggu teknologi blockchain Bitcoin dalam satu dekade mendatang.
Dalam situasi ini, tidak ada jaminan mengenai apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun, menurut miliarder teknologi Mark Zuckerberg, ada satu strategi yang pasti akan gagal: menghindari risiko.
Baca Juga: Kunci Sukses Mark Zuckerberg Masuk Anggota Klub US$200 Miliar
"Dalam dunia yang berubah begitu cepat, risiko terbesar yang dapat Anda ambil adalah tidak mengambil risiko sama sekali," ujarnya kepada Sam Altman dari OpenAI dalam wawancara tahun 2016.
"Setiap keputusan memiliki sisi positif dan negatif," tambahnya. "Namun secara keseluruhan, jika Anda stagnan dan tidak membuat perubahan, Anda hampir pasti akan gagal dan tertinggal."
Risiko Bermain Aman
Bagi para investor, pandangan Zuckerberg mencerminkan kenyataan pahit: terlalu bermain aman seringkali menjadi jalan menuju kegagalan.
Fokus pada ketakutan jangka pendek dapat mengakibatkan kehilangan peluang pertumbuhan yang dapat mengubah masa depan finansial.
Misalnya, pada tahun 2022, inflasi AS mencapai puncaknya di 9,1%, sementara indeks S&P 500 turun 19,4%.
Baca Juga: Kekayaan Mark Zuckerberg Paling Cepat Naik Dibandingkan Elon Musk dan Jeff Bezos
Investor yang keluar dari pasar saham akibat ketakutan ini mungkin melewatkan lonjakan saham teknologi seperti Meta, Nvidia, dan Apple akibat ledakan inovasi AI.
Sementara itu, inflasi kemungkinan besar telah mengurangi daya beli mereka.