Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
Dalam pernyataan resmi, Kepolisian Hong Kong menyatakan, masjid tersebut secara tidak sengaja terkena semprotan meriam air. Dan, mereka menegaskan, polisi "menghormati kebebasan beragama dan akan berusaha untuk melindungi semua tempat ibadah".
"Ini hanya kesalahan. Mereka meminta maaf. Mereka melihat beberapa pengunjuk rasa berdiri di luar gerbang (masjid). Para pengunjuk rasa juga meminta maaf," kata Mohammed Assan yang sedang salat di masjid pada saat bentrokan terjadi.
"Polisi melakukan pekerjaan mereka dan para pemrotes memiliki hak untuk memprotes. Semua orang membutuhkan kebebasan. Mereka menuntut untuk hidup dengan kebebasan," imbuh Assan.
Baca Juga: Parlemen AS loloskan RUU soal Hong Kong, China meradang
Setelah dua minggu relatif tenang, kemarin, puluhan ribu pengunjuk rasa yang mencerminkan dukungan kuat untuk gerakan anti-pemerintah, meskipun polisi menyebutnya sebagai pawai ilegal, kembali menggelar aksi. Keluarga dan orangtua ikut turun ke jalan dalam aksi yang mereka sebut pawai damai.
Banyak yang memakai topeng atau membawa payung untuk melindungi wajah mereka yang sejatinya bertentangan dengan undang-undang darurat yang Pemerintah Hong Kong berlakukan. Demonstran yang lebih radikal yang sebagian besar adalah orang muda kemudian bentrok dengan polisi anti-huru hara.
Di seberang Semenanjung Kowloon, para demonstran membakar toko-toko dan stasiun kereta metro. Ratusan toko hancur, dengan bank-bank dan gerai-gerai yang berhubungan dengan China menjadi sasaran para pengunjuk rasa.