kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mata Uang Ini Disebut Sebagai Penantang Kuat Dolar AS, Apakah Itu?


Minggu, 14 Mei 2023 / 05:00 WIB
Mata Uang Ini Disebut Sebagai Penantang Kuat Dolar AS, Apakah Itu?


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Iran telah mendiskusikan penggunaan yuan untuk menyelesaikan perdagangan sejak 2010.

Kemudian pada tahun 2012, China mulai membeli minyak mentah dari Iran menggunakan yuan, lapor BBC.

Sanksi internasional terhadap Iran dicabut pada tahun 2016 setelah negara itu dan beberapa kekuatan dunia – termasuk AS di bawah pemerintahan Obama – mencapai kesepakatan yang bertujuan membatasi kemampuan Iran untuk mengembangkan senjata nuklir. Namun hal itu tidak bertahan lama.

Pada tahun 2018, AS menerapkan kembali sanksi terhadap Iran menyusul keputusan sepihak Presiden Donald Trump saat itu untuk menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran.

Seperti Rusia, bank-bank Iran telah dilarang dari Swift sejak 2018, mendorong Teheran untuk mencari sistem pembayaran alternatif.

Pada Februari 2023, Teheran dan Beijing membahas peningkatan penggunaan yuan dan rial Iran untuk perdagangan bilateral.

"Yuan sudah menyumbang sebagian besar perdagangan antara kedua belah pihak. Namun, proses penggunaan mata uang China perlu dilonggarkan, dan Bank Sentral Iran sedang bernegosiasi dengan China untuk mengatasi masalah tersebut," menteri ekonomi Iran kata Ehsan Khandouz, mengatakan kepada Financial Tribune, media Iran.

Melansir Al Jazeera, bukan hanya yuan, ternyata Iran juga terhubung dengan sistem pembayaran Rusia, Sistem Transfer Pesan Keuangan pada Februari tahun ini.

"Saluran keuangan antara Iran dan dunia sedang dipulihkan," Mohammadreza Farzin, gubernur bank sentral Iran mengatakan, menurut outlet berita.

Baca Juga: BRICS Mulai Dedolarisasi, Indonesia Ternyata Sudah Lebih Dulu Melakukannya

6. Arab Saudi

China dan Arab Saudi akan menggunakan yuan untuk perdagangan minyak global.  

Mengutip Deutsche Welle (DW) pada Rabu (23/3/2023), Arab Saudi menjual sepertiga ekspor minyaknya ke China dan sejak awal tahun negara ini menggeser Rusia sebagai sumber minyak terbesar. 

Transaksi minyak menggunakan yuan akan membantu menciptakan sistem tandingan dalam pembayaran internasional, di mana mata uang China ini akan sama pentingnya seperti dolar AS.  

Kesepakatan dengan Arab Saudi  menjadi relevan di tengah invasi Rusia terhadap Ukraina. Pasalnya, Moskow bisa menghindari sanksi AS, jika mengadopsi yuan untuk transaksi luar negeri. 

China selama ini bersikeras netral. Namun, AS dan Eropa mencurigai Beijing secara diam-diam membantu Rusia. 

Namun begitu, analis meyakini pengumuman Saudi untuk mengadopsi yuan adalah peringatan terhadap negara barat. 




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×