Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Penggunaan yuan China semakin meningkat secara global. Hal ini menandakan bahwa sudah terjadi transaksi de-dolarisasi di seluruh dunia secara bertahap.
Seperti yang diketahui, mengutip Business Insider, dolar AS telah menjadi mata uang cadangan dunia sejak perang dunia kedua. Tak heran jika greenback memainkan peran yang sangat besar dalam perdagangan dunia.
Akan tetapi, negara-negara secara global sekarang menyiapkan mata uang cadangan untuk perdagangan, karena sanksi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina telah menyebabkan beberapa pemimpin dunia dan tokoh bisnis terkemuka mengeluarkan peringatan atas kekuatan yang dimiliki Washington.
"Sanksi yang menekan cadangan mata uang dolar Rusia meningkatkan risiko yang dirasakan bahwa aset utang tersebut dapat dibekukan dengan cara yang sama seperti telah diberlakukan untuk Rusia," jelas investor miliarder Ray Dalio.
Bahkan Presiden Emmanuel Macron dari Prancis – sekutu utama AS – memperingatkan terhadap "ekstrateritorialitas dolar AS". Dia menyarankan dalam wawancara bulan April dengan Politico bahwa Eropa harus mengurangi ketergantungannya pada greenback.
"Eropa tidak akan punya waktu atau sumber daya untuk membiayai otonomi strategis dan kita akan menjadi pengikut jika ketegangan antara AS dan China memanas," kata Macron kepada Politico.
Di tengah kabar buruk ini, yuan Tiongkok memanfaatkan peluang dan meningkatkan tantangan terhadap dominasi dolar.
Baca Juga: Isu Dedolarisasi Mengemuka, Bank-Bank Sentral Dunia Dongkrak Cadangan Emas
Menurut laporan penelitian 26 April oleh Bloomberg Intelligence, penggunaan yuan mengambil alih penggunaan dolar dalam transaksi lintas batas China untuk pertama kalinya pada bulan Maret.
Menteri Keuangan Janet Yellen mengakuinya, mengatakan kepada CNN pada bulan April: "Ada risiko ketika kita menggunakan sanksi keuangan yang terkait dengan peran dolar yang dari waktu ke waktu dapat merusak hegemoni dolar."
"Ini adalah alat yang sangat efektif. Tentu saja, hal itu menimbulkan keinginan China, Rusia, Iran untuk mencari alternatif," kata Yellen.
Meskipun niatnya mungkin ada, Yellen, bagaimanapun, mencatat bahwa tidak mudah untuk mereplikasi ekosistem — seperti infrastruktur pembayaran internasional — yang mendukung dolar AS.
Berikut adalah lima negara yang baru-baru ini beralih ke yuan untuk perdagangan dan transaksi lainnya, baik untuk menghindari sanksi atau sebagai alternatif dari greenback seperti yang dilansir dari Business Insider dan Deutsche Welle:
Baca Juga: 5 Mitos dan Kesalahpahaman yang Kerap Disebut oleh Peramal Dolar AS, Apa Saja?