kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

McDonald's Akan Keluar dari Pasar Rusia Setelah Lebih dari 30 Tahun


Senin, 16 Mei 2022 / 18:12 WIB
McDonald's Akan Keluar dari Pasar Rusia Setelah Lebih dari 30 Tahun
Logo restoran McDonald's terlihat di jendela dengan refleksi menara Kremlin di pusat Moskow, Rusia, Rabu (9/3/2022).


Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. McDonald's Corp mengatakan  pihaknya telah memulai proses untuk menjual semua restorannya di Rusia, dan keluar dari negara itu setelah lebih dari 30 tahun setelah invasinya ke Ukraina.

Mengutip Reuters, Senin (16/5), rantai makanan cepat saji terbesar di dunia itu pada bulan Maret memutuskan untuk menutup 847 restorannya di Rusia, yang menghasilkan US$ 50 juta per bulan. Sekarang diharapkan untuk mencatat biaya non-tunai sekitar US$ 1,2 miliar hingga US$ 1,4 miliar setelah penjualan.

Keputusan untuk menjual asetnya di Rusia, termasuk lokasi Pushkin Square yang ikonik di pusat kota Moskow, menandai kemunduran besar oleh merek Barat yang ikonik.

Pernah menjadi simbol kapitalisme Amerika yang berkembang di bara api Uni Soviet yang sekarat, toko tersebut adalah yang pertama dibuka di negara itu pada tahun 1990. Lebih dari 5.000 orang telah menghadiri pembukaan tersebut.

Baca Juga: Masa transisi Covid-19, McDonald's buka layanan dine in di 10 gerai di Jakarta

McDonald's mengatakan ingin menjual semua restorannya di Rusia kepada pembeli lokal, tetapi akan terus mempertahankan merek dagangnya.

"Krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh perang di Ukraina, dan lingkungan operasi yang tidak terduga, telah membuat McDonald's menyimpulkan bahwa kepemilikan bisnis yang berkelanjutan di Rusia tidak lagi dapat dipertahankan," kata McDonald's.

Sejumlah perusahaan Barat lainnya telah setuju untuk menjual aset Rusia mereka atau menyerahkannya kepada manajer lokal saat mereka berjuang untuk mematuhi sanksi atas konflik Ukraina dan menghadapi ancaman dari Kremlin bahwa aset milik asing dapat disita.

Perusahaan mengatakan akan memastikan bahwa 62.000 karyawannya di Rusia terus dibayar sampai penutupan transaksi apa pun dan bahwa mereka memiliki pekerjaan di masa depan dengan pembeli potensial.




TERBARU

[X]
×