Reporter: Mona Tobing | Editor: Sanny Cicilia
CALIFORNIA. Perusahaan media sosial global sedang berjaya. Jumlah pengakses media sosial yang makin bejibun ibarat magnet bagi pengiklan. Alhasil, media sosial kebanjiran iklan.
Di antara perusahaan media sosial, Facebook Inc masih merajai pasar dan mencatatkan laba terbesar. Kuartal I-2017, perusahaan yang dinakhodai Mark Zuckerberg itu mencetak pertumbuhan laba bersih 76% menjadi US$ 3,06 miliar. Sementara total pendapatannya mencapai US$ 8,03 miliar (lihat infografik).
The Guardian, Kamis (5/5) melaporkan, iklan menjadi mesin uang Facebook. Pendapatan iklan Facebook di kuartal I 2017 melonjak 51% menjadi US$ 7,86 miliar. Penghasilan iklan platform media sosial ini lebih tinggi dari ekspektasi awal yang senilai US$ 7,68 miliar.
Kinerja Facebook ini membalikkan proyeksi sejumlah analis. Mereka memprediksikan rapor perusahaan ini akan tertekan karena terbelit kontroversi penyebaran berita hoax. Facebook juga banyak mendapat protes karena mempromosikan berita palsu dan video ekstrem.
Chief Financial Officer Facebook David Wehner menjelaskan, produk baru Facebook seperti iklan yang diputar di tengah video atau yang muncul di aplikasi Facebook Messenger memacu pertumbuhan laba. Sebanyak 85% pendapatan iklan Facebook berasal dari mobile, naik dari sebelumnya 82%. Pendapatan iklan lain berasal dari anak usaha Facebook, termasuk Instagram.
Tiga faktor utama pendapatan Facebook kian membesar. Pertama, peningkatan jumlah pemasang iklan di situs jejaring sosial. Kedua, pertumbuhan pengguna Facebook. Ketiga, waktu yang dihabiskan pengguna meningkat empat kali lipat dari tahun lalu.
Saat ini jumlah pengguna aktif Facebook mencapai 1,94 miliar per bulan. Angka tersebut menjadikannya sebagai media sosial dengan jumlah pengguna terbesar di dunia.
Meski kinerjanya cemerlang, harga saham Facebook justru terkoreksi. Salah satu penyebabnya adalah investor sedang mempelajari format baru dan perubahan laporan keuangan Facebook. Facebook tak lagi melaporkan biaya yang disesuaikan, pendapatan, tarif pajak dan laba bersih per saham.
Selain Facebook, Linkedin, juga mencatat kinerja ciamik. Perusahaan media sosial anak usaha Microsoft Inc ini mencatatkan pendapatan US$ 975 juta. Bahkan bisnis LinkedIn menyelamatkan bisnis Microsoft yang lesu karena penurunan penjualan tablet.
Tapi Twitter Inc tak semujur Facebook dan LinkedIn. Pamornya yang mulai pudar turut menyeret turun pendapatan Twitter. Bahkan para pengiklan dikabarkan menarik diri dan mengurangi belanja iklan di layanan media sosial ini. Lihat saja, pendapatan iklan Twitter turun 11% menjadi US$ 474 juta dan mencatatkan kerugian US$ 62 juta.
Meski merugi, Jack Dorsey pendiri sekaligus CEO Twitter mengaku tidak terlalu kecewa, karena pengguna aktif Twitter terus bertambah. Di tiga bulan pertama tahun ini, jumlah pengguna bulanan Twitter bertambah 14% menjadi 328 juta pengguna.