Sumber: New York Times, Reuters | Editor: Rizki Caturini
LONDON. Surat kabar mingguan milik perusahaan media Rupert Murdoch yaitu News of the World akan akan ditutup. Edisi News of The World yang akan terbit pada hari Minggu ini akan menjadi edisi terakhirnya.
Manajemen memutuskan menutup surat kabar yang telah berusia 168 tahun ini seiring tekanan yang datang dari tuduhan skandal penyadapan telepon tanpa izin dalam proses pencarian berita. Mereka juga dituduh membayar anggota polisi agar diberi bocoran cerita peristiwa-peristiwa tertentu sebagai bahan berita.
James Murdoch, putra Rupert Murdoch mengumumkan penutupan News of The World disertai kalimat permintaan maaf dalam situs webnya. "Pelanggaran menjadikan media yang baik menjadi buruk. Kami telah gagal dan mengulangi kesalahan terus menerus tanpa mempertimbangkannya secara nurani dan tujuan yang benar," ujarnya. Meskipun di 2006, seorang reporter telah dimasukkan bui akibat kasus ini.
Hasilnya, perusahaan telah melakukan kesalahan dan tidak bisa hanya mengkambing hitamkan pada reporter saja. "Kami saat ini secara sukarela memberikan bukti kepada polisi bahwa perilaku kami tidak bisa dibenarkan dan kami harus menerima konsekuensinya," katanya.
Pernyataan ini menguatkan tuduhan bahwa perusahaan media besar milik Murdoch ini terlibat dalam penyadapan percakapan ponsel dari kasus korban pembunuhan anak 13 tahun. Ini juga menguatkan tuduhan penyadapan telepon dari keluarga tentara AS yang tewas di Irak dan Afghanistan. Media ini berani menyuap polisi sebesar puluhan ribu dollar AS untuk mendapatkan informasi tersebut.
Skandal ini membuat harga saham News Corp. anjlok. Rencana Murdoch untuk mengakuisisi televisi berbayar British Sky Broadcasting senilai US$ 12 miliar pun lantas diragukan kelanjutannya.
Namun, spekulasi merebak bahwa News Corporation melakukan langkah ini karena akan menerbitkan surat kabar yaitu The Sun pada hari yang sama sebagai penggantinya. News Corporation memang sedang berencana untuk menyatukan media miliknya ini di Inggris sebagai langkah penghematan.
Ian Hargreaves, Profesor dari Cardiff School of Journalism, Media and Cultural Studies mengatakan bahwa ini langkah yang mencengangkan. Namun ini belum menjawab semua pertanyaan.
Masih banyak penyelidikan menyeluruh yang harus dilakukan untuk memastikan sejauh mana pelanggaran yang telah mereka lakukan. "Sekaligus menyertakan pertanyaan apakah koran-koran lain juga melakukan hal yang sama atau tidak," kata Cardiff.