kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melihat kembali ketegangan militer dunia selama satu bulan terakhir


Jumat, 18 September 2020 / 13:04 WIB
Melihat kembali ketegangan militer dunia selama satu bulan terakhir
ILUSTRASI. Konflik India vs China, kisruh pilpres di Belarusia, hingga ketegangan di Laut Hitam menjadi sorotan sebulan terakhir.


Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - Saat ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China di Laut China Selatan mulai mereda, titik-titik ketegangan baru justru muncul di berbagai wilayah lain. Mulai dari India, Belarusia, hingga Laut Hitam.

Ketegangan militer baru yang terjadi di beberapa negara tersebut cukup menarik perhatian dunia dalam satu bulan terakhir. Penyebabnya beragam, mulai dari konflik perbatasan, internal politik, hingga singgungan kecil dalam operasi militer gabungan.

Berikut ini sejumlah ketegangan militer baru yang terjadi dalam satu bulan terakhir:

1. India vs China

China mungkin jadi salah satu negara paling aktif dalam urusan militer sejak awal tahun ini. Pada Juni lalu, China sempat bersinggungan dengan India di wilayah perbatasan sekitar pegunungan Himalaya.

Tidak tanggung-tanggung, bentrokan antara tentara perbatasan kedua negara mengakibatkan puluhan tentara kehilangan nyawa.

Baca Juga: Masih panas, China pasang jaringan serat optik di perbatasan dengan India

Sempat menyatakan berdamai, baku tembak antara kedua pasukan kembali terjadi. Salah satunya terjadi di tepi Utara Danau Pangong Tso menjelang pertemuan antara Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Moskow, Kamis (10/9) pekan lalu.

Senin (14/9) lalu, tentara menembak ke udara di tepi Selatan Danau Pangong Tso, menurut India dan China.

Jaishankar dan Wang sepakat untuk meredakan ketegangan, dan sejak saat itu situasinya telah tenang, kata pejabat India kepada Reuters. Tapi, belum ada penarikan mundur pasukan.

Ribuan pasukan India dan China yang didukung oleh tank dan pesawat terjebak dalam jalan buntu di sepanjang garis depan 70 km di Selatan Danau Pangong Tso. Kedua negara saling menuduh meningkatkan ketegangan.

Baca Juga: Perbatasan sempat panas, pasukan India dan China baku tembak

2. Kisruh pilpres Belarusia

Konflik di Belarusia pecah setelah muncul dugaan kecurangan dalam pemilihan presiden (pilpres) pada 9 Agustus lalu. 

Oposisi Belarusia menuduh Presiden Alexander Lukashenko, yang telah berkuasa 26 tahun, mencurangi pilpres bulan lalu. Tapi, Lukashenko mengklaim, dia menang secara adil dengan 80% suara. 

Sejak itu, ribuan orang telah ditangkap dan hampir semua pemimpin utama oposisi telah ditahan, dideportasi, atau dipaksa meninggalkan negara itu.

Setidaknya 100.000 pengunjuk rasa turun ke jalan di ibu kota Minsk pada hari Minggu, mengejek Lukashenko dengan teriakan "Kamu tikus". Polisi mengatakan, mereka menahan lebih dari 400 orang.

Melansir dari Reuters, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Kamis (27/8/2020), Kremlin telah membentuk pasukan cadangan untuk mendukung Lukashenko atas permintaannya.

Pernyataan Putin tersebut adalah sinyal terkuat bahwa Rusia siap untuk mengirim pasukan cadangan ke Belarusia jika diperlukan. 

Baca Juga: Negaranya kian memanas, pemimpin Belarusia minta pasokan senjata ke Rusia

Sayangnya, Dewan Koordinasi oposisi Belarusia mengatakan langkah Moskow untuk membentuk kekuatan semacam itu melanggar hukum internasional.

Polandia yang merupakan tetangga Belarusia juga mendesak Rusia untuk segera menarik diri dari rencana intervensi militer di Belarusia, dengan alasan "memulihkan kondisi".

Di tengah segala permasalahan tersebut, AS dan NATO justru segera melakukan latihan militer gabungan di Lithuania dan Estonia, yang berbatasan dengan Belarusia.

Selain pasukan AS, juru bicara militer Lithuania mengungkapkan, hingga 1.000 tentara dan pesawat militer dari Prancis, Italia, Jerman, Polandia, dan lainnya akan mengambil bagian dalam latihan tahunan pada 14-25 September.

Seolah ingin melawan, koalisi Rusia, Serbia, dan Belarusia bertajuk Slavic Brotherhood 2020, juga melakukan latihan militer gabungan di wilayah yang sama.

Baca Juga: Rusia, Serbia, dan Belarusia gelar latihan militer gabungan, saingi AS dan NATO?

3. Kehadiran militer AS di Laut Hitam

AS merotasi pasukan di Eropa, menyusul penarikan 11.900 tentara mereka dari Jerman. Tujuan utama dari rotasi itu adalah untuk memperkuat sisi Tenggara NATO di dekat Laut Hitam.

Kehadiran pasukan AS dan NATo di wilayah tersebut cukup membuat resah Angkatan Laut dan Udara Rusia. Dalam satu bulan terakhir, armada Rusia telah sibuk menghadang di titik-titik perbatasan.

Angkatan Laut AS pada hari Rabu (16/9), mengumumkan melalui akun Twitter resminya bahwa kapal USNS Yuma telah memasuki perairan Laut Hitam.

Satu hari sebelumnya, Armada ke-6 Angkatan Laut AS mengumumkan, kapal destroyer kelas Arleigh-Burke USS Roosevelt juga sedang dalam perjalanan menuju Laut Hitam, dengan tujuan yang sama.

Mengutip siaran pers di situs resmi Armada ke-6, ini adalah kali keenam kapal Angkatan Laut AS mengunjungi Laut Hitam sejak awal 2020. 

Baca Juga: Sukhoi Rusia sibuk adang pesawat tempur AS di Laut Hitam dan Laut Baltik

USS Roosevelt melakukan misi latihan maritim dan udara bersama dengan pesawat mata-mata Poseidon P-8 milik Angkatan Laut AS dan pesawat E-3A milik NATO pada hari Rabu kemarin. Kedua pesawat meluncur dari pangkalan NATO yang ada di Italia dan Jerman.

Kehadiran armada tempur AS dan NATO yang semakin intens dalam beberapa waktu terakhir ini cukup membuat Rusia gerah.

Mengutip kantor berita TASS, pada Senin (14/9), Angkatan Udara Rusia mengirim pesawat Su-27dan Su-30 untuk mencegat pesawat bomber AS yang terbang melintas di atas Laut Hitam.

Yang terbaru, pesawat Sukhoi Su-27 dikirim untuk menghadang pesawat pengintai Boeing RC-135 milik Inggris dan Boeing P-8 Poseidon milik AS di atas Laut Hitam. 

Rusia juga mulai sibuk mengirim Su-27 ke Laut Baltik setelah mengindetifikasi kehadiran Boeing P-8 Poseidon milik AS dan pesawat pengintai Gulfstream milik Angkatan Udara Swedia.

Selanjutnya: China sebut AS adalah penyebab militerisasi di Laut China Selatan




TERBARU

[X]
×