Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Jumlah kasus virus corona baru di Rusia melonjak 6.411 pada Selasa (28/4), rekor kenaikan harian tertinggi. Tambahan ini menjadikan total kasus menjadi 93.558.
Melansir Reuters, Pusat Respons Krisis Covid-19 Rusia mengatakan, jumlah kematian akibat virus corona bertambah 72 orang, juga merupakan rekor harian tertinggi, sehingga total jadi 867 orang.
Pada Senin (27/4), Rusia menyalip China dalam jumlah infeksi virus corona terkonfirmasi, ketika penghitungan keseluruhan kasus Covid-19 melesat, menembus angka 87.000.
Baca Juga: Gara-gara longgarkan penguncian, tingkat infeksi corona di Jerman naik lagi
Pusat Respons Krisis Covid-19 Rusia melaporkan 6.198 kasus baru virus corona pada Senin (27/4). Sehingga, total kasus di negeri beruang merah menjadi 87.147, dengan 794 kematian.
China, tempat virus corona pertama kali muncul, melaporkan total 82.830 kasus pada Senin (27/4). Tiongkok sekarang sedang berjuang menekan jumlah kasus impor yang datang dari Rusia.
Rusia, negara dengan wilayah terbesar di dunia, telah terkunci sejak Presiden Vladimir Putin mengumumkan penutupan sebagian besar ruang publik pada 25 Maret.
Baca Juga: Trump: Kami tidak senang dengan China atas penyebaran virus corona
Langkah-langkah penguncian di Rusia akan berakhir pada 30 April nanti, dan Putin belum mengatakan, apakah ia berencana untuk memperpanjang kebijakan tersebut.
Mengutip Reuters, Anna Popova, Kepala Rospotrebnadzor, pengawas keselamatan Rusia, menyatakan kepada stasiun televisi pemerintah pada Senin (27/4), pembatasan harus terus berlaku sampai 12 Mei.
Sebelumnya, Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishushin meminta pemerintahannya untuk mengajukan proposal pada Kamis (24/4) untuk melonggarkan beberapa pembatasan pada bisnis.
Baca Juga: WHO: Pandemi corona masih jauh dari selesai dan ganggu layanan kesehatan lain
Banyak perusahaan di Rusia telah memperingatkan, mereka berisiko bangkrut jika penguncian terus berlanjut, dan ribuan pekerjaan telah kena pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Begitu situasi akan berubah untuk selamanya, kami perlu mempertimbangkan pembatalan langkah demi langkah pada perusahaan tertentu untuk beroperasi," kata Mishustin seperti dikutip Reuters.