kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Membaca Strategi Ukraina Mundur dari Mariupol untuk Menang


Kamis, 26 Mei 2022 / 10:09 WIB
Membaca Strategi Ukraina Mundur dari Mariupol untuk Menang
ILUSTRASI. Anggota layanan pasukan pro-Rusia berjalan di sepanjang jalan di kota pelabuhan selatan Mariupol, Ukraina, Selasa (17/5/2022). Membaca Strategi Ukraina Mundur dari Mariupol untuk Menang.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kejatuhan kota Mariupol usai pertempuran sengit pabrik baja Azovstal bukan merupakan sebagian kekalahan Ukraina, justru sebaliknya merupakan pesan perang berdurasi panjang yang melelahkan bagi Rusia.

Menurut Pengamat Komunikasi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sahid, Algooth Putranto, strategi mundur untuk menang bukan pertama kali terjadi bahkan menjadi upaya Indonesia untuk menaklukan keunggulan penjajah Belanda yang membonceng Sekutu.

“Pertempuran sengit pabrik baja Azovstal di Mauripol jauh lebih sengit dari perebutan Gedung Sate di Bandung yang terjadi 3 Desember 1945. Pihak pejuang Merah Putih yang terdiri dari 40 pegawai Pekerjaan Umum kalah total, tapi peristiwa ini berujung pada peristiwa Bandung Lautan Api,” ujarnya, Kamis (26/5).

Dia mengingatkan perebutan Gedung Sate yang kemudian dikenang sebagai Hari Bakti PU adalah sebagian dari peristiwa heroik yang berujung pada peristiwa Bandung Lautan Api yang terjadi pada 23 Maret 1946. 

Baca Juga: Ukraina Gempur Pangkalan Militer Rusia dengan Meriam Howitzer Bantuan NATO

Saat itu ratusan ribu penduduk, milisi dan tentara di Bandung Selatan secara bersama-sama melakukan bumi hangus untuk mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA Belanda dapat menggunakan kota Bandung sebagai lokasi strategis militer.  

“Strategi yang diambil Ukraina di Mauripol serupa dengan Indonesia yang sadar kalah senjata. Tapi secara komunikasi justru memberikan pesan kuat Ukraina tak kehilangan semangat dan sedang mempersiapkan diri untuk melancarkan pertempuran lebih hebat,” tuturnya.

Pesan simbolik yang muncul dari kekalahan Ukraina di Mauripol bukan wajah para pejuang garnisun Mariupol yang putus asa dan lelah karena menyerah sebaliknya justru wajah-wajah yang memperlihatkan mata penuh optimisme. 

Sedikitnya 250 pejuang Ukraina menyerah kepada pasukan Rusia di pabrik baja Azovstal di Mariupol setelah berminggu-minggu perlawanan yang sengit mempertahankan wilayahnya serupa semangat pejuang Indonesia melawan penjajahan.  

Narasi simbolik ini tersebar melalui berbagai saluran komunikasi sehingga menarik perhatian sesama rekan mereka di front pertempuran lain maupun masyarakat yang lebih luas dan mematik atensi yang lebih luas.

Baca Juga: Invasi Rusia ke Ukraina Genap 3 Bulan: Ini Deretan Peristiwa Perang Tanpa Akhir

Salah satu wujud perhatian masyarakat lebih luas adalah keputusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang sejak awal menentang aksi invasi Rusia, sehingga turun langsung mengusahakan pembebasan para prajurit Ukraina tersebut.

Keberpihakan masyarakat dunia adalah tekanan yang berat secara strategis bagi Rusia yang masih terus memaksakan diri melakukan upaya invasi berkedok operasi militer khusus yang telah dilakukan sejak 24 Februari 2022.

“Stagnasi pertempuran di Ukraina, yang seharusnya menjadi kampanye supremasi kekuatan Rusia oleh Presiden Putin justru menjadi hal memalukan bagi bangsa yang setiap 12 Juni merayakan hari jadi lepas dari Tirai Besi Uni Sovyet tersebut,” tuturnya.




TERBARU

[X]
×