Reporter: Harris Hadinata | Editor: Harris Hadinata
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahukah Anda, tanggal 19 November setiap tahunnya diperingati sebagai hari toilet sedunia alias world toilet day. Ya, Anda tidak salah baca, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan tanggal 19 November sebagai hari toilet sedunia.
Mungkin Anda bertanya-tanya, buat apa masyarakat dunia memperingati toilet setiap tahunnya? Ternyata, kendati terlihat tidak bermanfaat, ada pesan besar dari keputusan PBB menjadikan tanggal 19 November sebagai hari toilet. PBB melakukan ini untuk mengatasi krisis sanitasi di seluruh dunia.
Menurut data PBB, ada 3,5 miliar orang di dunia yang hidup tanpa sanitasi yang dikelola dengan baik. Hasil pembuangan manusia di komunitas tersebut, termasuk hasil sekresi, dilepas begitu saja di lingkungan dan menyebarkan penyakit, yang bahkan bisa mematikan. Salah satunya kolera.
Baca Juga: Ingat! Hari Ini (9/6) Libur Cuti Bersama Iduladha 1446 H, Cek Jadwal Libur Nasional
Bila pembuangan manusia yang tidak dikelola dengan baik bisa menyebar dan mencemari air bersih. World Health Organization (WHO) mencatat, 1,4 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya akibat tidak bisa mengakses air minum yang higienis.
Dari jumlah tersebut, sekitar 564.000 kematian di antaranya merupakan efek dari sanitasi yang tidak bersih. Sebagian besar di antaranya menyebabkan penyakit diare.
Negara-negara di dunia berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan toilet yang aman dan bersih pada 2030, sebagai bagian dari Sustainable Development Goal 6. Tapi saat ini, dalam waktu yang tinggal lima tahun, realisasinya masih jauh dari target.
Baca Juga: Target Penurunan Angka Kemiskinan Capai 7% Tahun Ini Dinilai Sulit Terealisasi
Menurut PBB, untuk mencapai target, negara-negara harus bekerja lima kali lebih giat menyediakan sanitasi yang baik. Tapi di sisi lain, dunia juga sedang menghadapi perubahan iklim, infrastruktur yang menua, dan investasi yang tidak memadai. Ini memperlambat kemajuan sistem sanitasi.
Dalam peringatan hari toilet sedunia 2025, PBB mengangkat tema Sanitation in a Changing World. Sementara tagline untuk peringatan tahun ini adalah We’ll always need the toilet.
Asal usul
Awal mula peringatan hari toilet sedunia dimulai dari seorang pria asal Singapura bernama Jack Sim. Pada 19 November 2001, Sim mendirikan organisasi bernama WTO. Ini bukan singkatan dari World Trade Organization, melainkan singkatan dari World Toilet Organization.
Baca Juga: PPRI Revisi Target, Estimasi Laba 2025 Capai Rp 5 Miliar di Tengah Pasar Melemah
Memang, ada sedikit unsur humor juga sarkasme dalam pemilihan nama organisasi tersebut. Menurut Sim, orang-orang sering melupakan sanitasi, tapi tak pernah lupa ke toilet. Sementara, Sim melihat masalah sanitasi adalah masalah yang sangat penting.
Ia menyadari, orang-orang enggan membicarakan soal sanitasi, juga soal kotoran manusia. Salah satunya akibat dari budaya masyarakat. Bahkan banyak yang menganggap membicarakan hal tersebut tidak sopan.
Akan tetapi, efeknya ratusan ribu anak meninggal akibat diare, kolera, disentri dan sebagainya setiap tahun. Anak-anak perempuan di beberapa daerah terpaksa tidak bisa sekolah saat menstruasi karena tidak ada toilet yang aman dan memadai.
Baca Juga: Peringati Hari Kesehatan Dunia,PT Bintang Toedjoe Gelar Penyuluhan PHBS di Jatinegara
Sim menyadari, bila didiamkan, kondisi ini tidak akan berubah dan justru menimbulkan lebih banyak korban. Alhasil, ia mendirikan World Toilet Organization pada 19 November 2001. Langkah Sim rupanya mendapat sambutan positif dari banyak lembaga nirlaba, pemerintah, hingga media.
Pada 2013, PBB akhirnya menjadikan tanggal 19 November sebagai salah satu hari peringatan resmi lembaga ini. Hari toilet sedunia juga diintegrasikan dalam Sustainable Development Goal 6 yang diluncurkan lembaga ini, yang fokus pada sanitasi dan air bersih.
Berkat peringatan ini, semakin banyak negara hingga korporasi yang aktif dalam penyediaan sanitasi bersih dan terjangkau. Salah satunya Lixil. Produsen kebutuhan perumahan asal Jepang ini berkomitmen mengatasi krisis sanitasi dengan meningkatkan akses sanitasi dan kebersihan bagi 100 juta orang di akhir 2025.
Baca Juga: Elon Musk Miliki Kekayaan Bersih Sentuh US$500 Miliar, Calon Triliuner Pertama Dunia
Upaya ini didorong terutama oleh bisnis sosialnya, SATO, yang menyediakan solusi toilet inovatif dan terjangkau untuk komunitas yang terpencil dan berpenghasilan rendah. Lixil antara lain bermitra dengan UNICEF.
Lewat program ini, dalam setahun terakhir, Lixil mengklaim lebih dari 727.000 orang mendapatkan akses langsung ke sanitasi dasar dan 760.000 orang mendapat fasilitas cuci tangan dasar di enam negara utama, yakni Kenya, Nigeria, Tanzania, Ethiopia, India, dan Indonesia.
"Mengatasi krisis sanitasi global lebih dari sekadar kebersihan; ini berhubungan erat martabat manusia, mendorong kemakmuran ekonomi, dan memastikan keberlanjutan lingkungan," ujar Kinya Seto, CEO Lixil, dalam keterangan resmi, Rabu (19/11/2025).













