kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,61   6,03   0.68%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menang besar, Boris Johnson akan lebih cepat keluarkan Inggris dari Uni Eropa


Jumat, 13 Desember 2019 / 17:05 WIB
Menang besar, Boris Johnson akan lebih cepat keluarkan Inggris dari Uni Eropa
ILUSTRASI. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, di Skotnaldia,(7/11/2019). Daniel Leal-Olivas/Pool via REUTERS


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - LONDON. Kemenangan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada pemilihan umum Jumat ini menjadi sinyal kuat untuk Inggris bisa keluar lebih cepat dari Unit Eropa hanya dalam hitungan Minggu.

Selama 20 minggu masa kekuasaannya Johnson telah ditandai oleh kekacauan di Parlemen Inggris serta perpecahan mencolok di jalan-jalan atas silang sengkarut keluarnya Inggris dari Uni Eropa.

Baca Juga: Angela Merkel masih menjadi wanita paling perkasa di dunia versi Forbes

Dididik di sekolah paling elit di negara itu dan dikenal dengan gaya kepemimpinan bombastisnya, pria berusia 55 tahun itu tidak hanya menjanjikan Brexit tetapi juga meyakinkan warga Inggris bahwa keputusan keluarnya Inggris akan mengarah pada pembicaraan perdagangan yang panjang dan dinilai sangat berharga.

Kemenangan kelompok konservatif secara besar-besaran menandai kegagalan utama para penentang keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Mereka berencana untuk menggagalkan referendum 2016 melalui pertarungan legislatif di parlemen dan memicu beberapa protes terbesar dalam sejarah Inggris baru-baru ini.

Johnson memenangkan suara mayoritas langsung di parlemen dengan 650 kursi setelah jajak pendapat keluar. Hal ini menunjukkan bahwa Partai Konservatif di jalurnya untuk memenangkan 368 kursi, kemenangan pemilu nasional Konservatif terbesar sejak kemenangan 1987 Margaret Thatcher.

"Saya pikir ini akan berubah menjadi pemilihan bersejarah yang memberi kita sekarang, dalam pemerintahan baru ini, kesempatan untuk menghormati kehendak demokratis rakyat Inggris," kata Johnson dilansir dari Reuters, Jumat (13/12).

Baca Juga: Risiko Global Berlanjut, Ekonomi 2020 Makin Tertekan

Dia mengatakan kaum konservatif tampaknya telah memenangkan mandat baru yang kuat untuk menyelesaikan Brexit. Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut hal itu seperti kemenangan besar bagi Boris.

Sementara itu, kaum buruh diperkirakan akan memenangkan 203 kursi, ini merupakan hasil terburuk bagi partai yang berdiri sejak 1935, setelah mereka menawarkan pemilih referendum kedua dan ini menjadi pemerintah sosialis paling radikal secara turun-temurun. Pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn mengatakan dia akan mundur.

Dengan hasil pemilu di seluruh Inggris menunjukkan jajak pendapat keluar akurat. Dengan begitu, taruhan Johnson pada pemilihan cepat ini telah terbayar dan segera meratifikasi kesepakatan Brexit yang ia buat dengan Uni Eropa sehingga Inggris dapat pergi pada 31 Januari 2020 atau 10 bulan kemudian dari yang direncanakan.

Baca Juga: Bursa Asia melonjak jelang akhir pekan, ini sebabnya

Tetapi hampir setengah abad Inggris di Uni Eropa menjadi blok perdagangan terbesar di dunia, Johnson menghadapi tantangan yang menakutkan untuk mencapai kesepakatan perdagangan internasional baru, mempertahankan posisi London sebagai ibu kota keuangan global teratas dan menjaga Inggris tetap bersatu.

Berbagai peristiwa di Inggris membuat poundsterling bergejolak. Mata uang Inggris ini mencapai nilai tertinggi selama 19 bulan terakhir atau mencapai US$ 1,3516 melawan dolar dan level terkuatnya terhadap euro, tak lama setelah referendum Brexit 2016.

Setelah hampir empat tahun debat Brexit, kemenangan Johnson untuk memimpin Inggris dari Eropa yang telah bergabung pertama kali pada tahun 1973. Tapi Brexit masih jauh dari selesai.

Baca Juga: Harga emas terjerembap di tengah optimisme kesepakatan dagang

Dia menghadapi tugas yang berat untuk menegosiasikan perjanjian perdagangan dengan Uni Eropa dan mungkin hanya diberikan waktu selama 11 bulan, sementara itu ada negosiasi kesepakatan perdagangan lain dengan Trump.

Hasil negosiasi akan membentuk masa depan ekonomi Inggris. Setelah 31 Januari 2020, Inggris akan memasuki masa transisi di mana Inggris akan menegosiasikan hubungan baru dengan 27 negara Uni Eropa yang tersisa.

Ini dapat berjalan sampai akhir Desember 2022 di bawah aturan saat ini, tetapi kaum konservatif akan membuat janji pemilu untuk tidak memperpanjang periode transisi setelah akhir 2020.




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×