kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.589.000   13.000   0,50%
  • USD/IDR 16.755   -23,00   -0,14%
  • IDX 8.538   -46,87   -0,55%
  • KOMPAS100 1.181   -4,39   -0,37%
  • LQ45 845   -3,52   -0,41%
  • ISSI 305   -2,17   -0,71%
  • IDX30 436   -0,64   -0,15%
  • IDXHIDIV20 511   0,73   0,14%
  • IDX80 132   -0,80   -0,61%
  • IDXV30 138   -0,07   -0,05%
  • IDXQ30 140   0,34   0,25%

Mengenal Carina Hong, Matematikawan 24 Tahun yang Mencetak Revolusi AI


Kamis, 25 Desember 2025 / 22:29 WIB
Mengenal Carina Hong, Matematikawan 24 Tahun yang Mencetak Revolusi AI
Carina Hong, matematikawan muda kelahiran China (Istimewa/dok). Carina Hong, seorang matematikawan muda berusia 24 tahun, mendirikan startup AI bernama Axiom Math pada Maret 2025 setelah meninggalkan program doktoralnya di Stanford, dengan tujuan membangun 'AI mathematician' untuk memecahkan persoalan matematika tingkat tinggi.


Sumber: VN Express | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  Carina Hong, matematikawan muda kelahiran China, kini jadi sorotan di industri kecerdasan buatan. Di usia 24 tahun, ia nekat meninggalkan program doktoral matematika di Stanford untuk membangun Axiom Math—startup AI yang berfokus memecahkan persoalan matematika tingkat tinggi.

Didirikan pada Maret 2025, Axiom Math melesat cepat. Perusahaan ini menggaet pendanaan awal senilai US$ 64 juta pada September dan kini memiliki 17 karyawan yang sebagian besar berasal dari laboratorium riset AI papan atas seperti Meta FAIR, tim GenAI Meta, dan Google Brain (kini DeepMind).

Hong percaya matematika adalah kunci menuju kecerdasan super buatan. “Math adalah sandbox terbaik untuk membangun superintelligence,” ujarnya kepada Forbes.

Baca Juga: Beban Demografi di Era Revolusi AI

Hong dibesarkan di Guangzhou, China, dan sejak kecil tergila-gila pada matematika. Ia mengajari dirinya sendiri bahasa Inggris agar bisa membaca buku matematika tingkat lanjut. 

Saat SMA, ia menjadi satu dari empat perempuan yang masuk tim olimpiade matematika tingkat provinsi.

Prestasinya mengantarkannya masuk Massachusetts Institute of Technology (MIT) untuk mendalami matematika dan fisika. 

Di sana, ia menulis sembilan riset dan mengambil 20 mata kuliah matematika tingkat lanjut. 

Baca Juga: Revolusi AI Berikutnya Diprediksi Akan Terjadi di Dunia Fisik

Pada 2023, ia meraih Frank and Brennie Morgan Prize berkat risetnya di teori bilangan dan probabilitas. Ia kemudian melanjutkan studi ke Oxford sebagai Rhodes Scholar sebelum diterima di Stanford untuk program hukum dan doktor matematika.

Titik balik jadi pendiri startup

Sebuah pertemuan tak sengaja dengan peneliti AI Meta, Shubho Sengupta, di sebuah kedai kopi dekat Stanford menjadi titik awal lahirnya Axiom. Keduanya kerap berdiskusi soal AI yang bisa menaklukkan persoalan matematika paling sulit. Sengupta pun menjadi anggota pertama tim Axiom.

Terinspirasi nasihat CEO AMD Lisa Su untuk mengejar masalah paling menantang, Hong memutuskan keluar dari kampus begitu pendanaan awal perusahaannya cair.

Nama Axiom diambil dari istilah matematika untuk "kebenaran dasar" yang menjadi fondasi sebuah teori. Tujuan mereka: membangun “AI mathematician”—sistem yang mampu menyelesaikan soal rumit, membuat dan memverifikasi bukti matematika, hingga mencetuskan dugaan atau teori baru.

“Kami bukan bikin chatbot yang meniru jawaban,” tegas Hong. “Kami mengajarkan AI membuktikan teorema.”

Baca Juga: Prof Francisco Veloso INSEAD: Revolusi Artificial Intelligence Pengaruhi Segala Aspek

Meski baru berdiri kurang dari setahun, Axiom sudah berhasil merekrut nama-nama besar di bidang matematika dan AI. Selain Sengupta, ada juga Francois Charton yang pernah memecahkan masalah matematika berusia 100 tahun, serta Aram Markosyan yang memimpin riset keamanan AI di Meta.

Salah satu yang mencuri perhatian adalah bergabungnya Ken Ono, matematikawan ternama dari University of Virginia sekaligus mantan mentor Hong. Ia menolak tawaran lebih besar dari perusahaan AI yang sudah mapan.

“Saya ikut bukan karena uang,” kata Ono. Ia bertugas menciptakan masalah matematika yang mampu menguji batas kemampuan AI.

Hong bilang, potensi komersial teknologi Axiom sangat luas, terutama di bidang yang butuh kepastian logika seperti verifikasi perangkat keras dan lunak, keuangan kuantitatif, hingga kriptografi.

Baca Juga: Prompt Edit Foto Ulang Tahun Pakai Gemini AI, Ada Banyak Tema yang Menyenangkan

Menurutnya, rasa penasaran intelektual dan tantangan memecahkan “superintelligence matematika” justru membuat para peneliti hebat berdatangan.

“Kalau masalahnya cukup sulit, talenta terbaik akan datang,” ujarnya.

Selanjutnya: Pemerintah Cabut Jutaan Hektar Izin Sawit dan Segel Tambang Usai Banjir Sumatra

Menarik Dibaca: 578.108 Pelanggan Gunakan Layanan Kereta Api di Bandung Selama Nataru




TERBARU

[X]
×