Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Sementara pasokan roket Hamas di Gaza sebagian besar telah habis, situasi di Lebanon sangat berbeda.
"Di Gaza, kami telah mengurangi secara signifikan jumlah roket yang tersisa di gudang senjata Hamas. Namun di Lebanon, jumlahnya belum cukup berkurang," katanya.
Hizbullah diyakini memiliki sekitar 140.000 roket, dan roket-roket itu jauh lebih canggih daripada yang digunakan oleh Hamas dan dapat menembus jauh lebih dalam ke Israel.
Lalu ada pertanyaan tentang Iran, dan kemungkinan perang meluas hingga mencakup konflik langsung dengan negara itu.
"Dibandingkan dengan Lebanon, ancaman dari Iran lebih mudah dikelola," katanya.
Dia menjelaskan, melakukan serangan rudal skala besar dari Iran adalah pekerjaan yang rumit, yang dapat dideteksi dan ditargetkan secara preemptif.
"Meluncurkan rudal balistik sejauh 1.500 kilometer memerlukan persiapan, dan itu terlihat. Sangat sulit untuk bersembunyi dari satelit, dan itu memberi kita kesempatan untuk menyerang lebih dulu, selain bersiap untuk membela diri," paparnya.
Baca Juga: AS Jatuhkan Sanksi kepada Hamas pada Peringatan Perang Gaza
Haddad Chmelnik menekankan bahwa sistem pertahanan rudal Israel, yang dibangun dengan koordinasi bersama AS, mampu menahan serangan Iran.
"Ancaman rudal Iran dapat dilawan, dan kemampuan serangan kedua kita sangat signifikan. Israel lebih unggul dalam hal itu," katanya. "Itulah sebabnya Iran berhati-hati – lebih banyak kerugian daripada keuntungan yang akan diperolehnya."
Iron Dome pertama kali digunakan pada tahun 2011, setelah bertahun-tahun dikembangkan sebagai respons terhadap meningkatnya ancaman tembakan roket dari Gaza.
Yang membedakan sistem ini, kata Haddad Chmelnik, adalah inovasi dan kesederhanaannya.