kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Menlu AS: Kami ada di pihak negara-negara Asia Tenggara untuk hadapi China


Kamis, 28 Januari 2021 / 13:12 WIB
Menlu AS: Kami ada di pihak negara-negara Asia Tenggara untuk hadapi China
ILUSTRASI. Kapal induk AS USS Theodore Roosevelt (CVN-71) memasuki Pelabuhan Da Nang, Vietnam, 5 Maret 2020.


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (Menlu AS) yang baru Antony Blinken menegaskan kembali komitmen AS untuk selalu ada di sisi negara-negara Asia Tenggara untuk menghadapi tekanan China.

Dilaporkan oleh Reuters, Blinken menyatakan, AS tetap menolak klaim maritim China di Laut China Selatan karena bertentangan dengan hukum internasional.

Blinken menyampaikan komitmennya tersebut dalam panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin pada Rabu (27/1)..

"Menteri Blinken berjanji untuk mendukung Asia Tenggara dalam menghadapi tekanan dari China," ungkap Departemen Luar Negeri AS dalam pernyataannya.

Klaim maritim China atas sejumlah titik di Laut China Selatan telah menjadi sorotan dunia sejak lama. Banyak negara di kawasan Asia Tenggara kini mesti bersinggungan langsung dengan China. Sebut saja Filipina, Brunei, Vietnam, Malaysia, dan Taiwan.

Baca Juga: Joe Biden disebut akan meluncurkan kelompok sekutu super untuk menekan China

Perairan Laut China Selatan yang kaya energi serta merupakan jalur perdagangan utama bagi banyak negara membuat China semakin berambisi menguasai banyak wilayah.

"Blinken menggarisbawahi, Amerika Serikat menolak klaim maritim China di Laut China Selatan sejauh klaim tersebut melebihi zona maritim yang diizinkan untuk diklaim China berdasarkan hukum internasional," sebut Departemen Luar Negeri AS.

Hubungan AS dan China semakin buruk sejak Donald Trump menjabat sebagai Presiden. Trump kerap kali menyerang China terkait pandemi, kebijakan hukum di Hong Kong, perdagangan, hingga perlakuan China terhadap minoritas Muslim.

Dua pekan lalu, beberapa waktu sebelum Trump lengser, ia masih sempat menjatuhkan sanksi kepada pejabat dan perusahaan China atas dugaan kesalahan di Laut China Selatan.

Selanjutnya: AS kembali terbangkan pesawat bomber B-52 ke Timur Tengah



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×