Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Menteri Pertanian Jepang Taku Eto mengundurkan diri pada hari ini (21/5). Pengunduran diri Eto terjadi setelah pernyataannya tentang beras memicu badai kritik dari para pemilih dan anggota parlemen, yang menimbulkan tantangan baru bagi pemerintahan Perdana Menteri Shigeru Ishiba yang sedang berjuang.
Eto telah dalam masalah sejak laporan media mengungkap komentar yang dibuatnya di sebuah pesta penggalangan dana politik di akhir pekan bahwa dia "tidak pernah harus membeli beras" berkat hadiah dari para pendukungnya.
Komentar tersebut memicu kecaman dari para pemilih, yang sudah marah dengan harga makanan pokok yang sangat tinggi akibat panen yang buruk. Di tambah permintaan yang meningkat akibat lonjakan wisatawan.
"Saya membuat pernyataan yang sangat tidak pantas di saat warga menderita karena harga beras yang melambung," kata Eto kepada wartawan setelah menyerahkan pengunduran dirinya di kantor perdana menteri.
Penyiar publik NHK dan media lain melaporkan bahwa mantan Menteri Lingkungan Hidup Shinjiro Koizumi akan menggantikan posisi Eto.
Baca Juga: Nissan Berencana Tutup Pabrik di Jepang dan Luar Negeri demi Efisiensi Biaya
Harga beras di Jepang yang naik dua kali lipat dari tahun lalu telah menjadi perhatian utama para pemilih Jepang, yang sudah lama terbiasa dengan deflasi selama bertahun-tahun dan menderita upah yang disesuaikan dengan inflasi yang sangat rendah.
Pemerintah telah mengambil langkah-langkah sejak Maret untuk mengendalikan harga dengan melepaskan beras dari stok daruratnya, tetapi langkah-langkah tersebut tidak banyak berdampak.
Data pada hari Senin (19/5) menunjukkan, harga eceran naik lagi dalam seminggu hingga 11 Mei setelah turun untuk pertama kalinya dalam 18 minggu. Hal itu semakin menyebabkan pengecer dan konsumen mencari beras asing yang lebih murah.
Para pemilih menyerang Eto karena tidak peka dan juga Perdana Menteri Ishiba karena awalnya menolak memecat Eto. Di mana, partai-partai oposisi telah sepakat untuk mempertimbangkan pengajuan mosi tidak percaya terhadap menteri pertanian.
"Saya bertanggung jawab penuh atas penunjukan ini," kata Ishiba kepada wartawan setelah menerima pengunduran diri Eto. Ia menambahkan bahwa ia belum memutuskan pengganti Eto.
Media sosial dipenuhi dengan komentar-komentar marah yang ditujukan kepada Eto dan Ishiba, dengan seorang pengguna menanggapi, "lalu berhenti", merujuk pada permintaan maaf perdana menteri karena menunjuk Eto untuk jabatan tersebut.
Kepergian Eto mengancam cengkeraman Ishiba yang sudah goyah pada kekuasaan menjelang pemilihan majelis tinggi utama pada bulan Juli.
Baca Juga: China Kenakan Bea Masuk Antidumping untuk Plastik dari AS, Uni Eropa, Jepang, Taiwan
Partai Demokrat Liberal dan mitra koalisinya Komeito kehilangan mayoritas mereka di majelis rendah yang lebih kuat dalam pemilihan cepat yang diadakan Ishiba pada bulan Oktober tak lama setelah menjabat.
Pengunduran diri Eto adalah yang pertama dari kabinet Ishiba yang tidak menyertakan menteri yang telah kehilangan kursi mereka dalam pemilihan tersebut.
"Pengunduran diri Menteri Eto tidak dapat dihindari sejak kesalahan itu terjadi," kata Hiroshi Shiratori, seorang profesor ilmu politik di Universitas Hosei di Tokyo.
"Keputusan untuk menggantinya hanya setelah lima partai oposisi merencanakan mosi tidak percaya terlalu lambat, sehingga memperlihatkan kurangnya kepemimpinan Perdana Menteri Ishiba."
Sebuah jajak pendapat Kyodo News pada hari Minggu menunjukkan dukungan untuk Ishiba pada rekor terendah 27,4%, dengan hampir sembilan dari 10 pemilih tidak puas dengan tanggapan pemerintah terhadap melonjaknya harga beras.