kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Merger Philip Morris dan Altria ciptakan perusahaan berkapitalisasi US$ 200 miliar


Rabu, 28 Agustus 2019 / 20:56 WIB
Merger Philip Morris dan Altria ciptakan perusahaan berkapitalisasi US$ 200 miliar
ILUSTRASI. Philip Morris International


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Philip Morris International Inc, induk dari PT HM Sampoerna Tbk (HMSP, anggota indeks Kompas100) telah mengonfirmasi sedang melakukan penjajakan untuk merger dengan Altria Group Inc. Penggabungan itu akan menciptakan perusahaan raksasa tembakau dengan kapitalisasi pasar sekitar US$ 200 miliar.

Jika terealisasi, penggabungan itu menjadi kesepakatan terbesar yang terjadi di bisnis konsumer dan akan yang terbesar keempat sepanjang sejarah. Rencana Philip Morris dan Altria ini datang setelah dua tahun British American Tobacco Plc mengakuisisi Reynolds American Inc dengan harga US$ 49 miliar. Penurunan jumlah perokok di seluruh dunia memang mendorong perusahaan tembakau untuk mencari sumber daya dalam pengembangan produk alternatif.

Baca Juga: Philip Morris International: Banyak informasi salah tentang produk bebas asap

Menurut sumber Reuters, dalam ketentuan merger semua saham yang dibahas, pemegang saham Altria akan memiliki sekitar 41%-42% dari perusahaan gabungan dan pemegang saham Philip Morris memiliki sisanya.

Dewan perusahaan gabungan akan dibagi rata antara Philip Morris dan direktur Altria. "Jika negosiasi kesepakatan terbukti berhasil, kesepakatan dapat dicapai pada akhir September," kata sumber tersebut dikutip, Rabu (28/8).

Sumber itu mengatakan, Philip Morris dan Altria melihat konsolidasi operasi manufaktur mereka akan menghasilkan sinergi tahunan lebih dari US$ 800 juta.

Baca Juga: Philip Morris dalam pembicaraan untuk merger dengan Altria

Kedua perusahaan yang berpusat di Amerika Serikat (AS) itu dulu merupakan satu perusahaan tetapi kemudian berpisah pada tahun 2008 ketika raksasa tembakau berusaha untuk mengumpulkan sumber daya di pasar e-rokok yang berkembang pesat. Keduanya, fokus pada pasar geografis yang berbeda ketika stok tembakau menghasilkan hasil yang stabil.

Namun sejak perpisahan itu, industri terbakau telah terganggu oleh perpindahan dari kebiasaan merokok tradisional ke e-rokok dan vaping. Keduanya lastas merespon dengan penawaran baru. Philip Morris yang beroperasi di luar AS telah mengembangkan produk tembakau yang dipanaskan yang disebut iQOS. Sedangkan Altria yang beroperasi di AS dan masih menjual Marlboro di negara itu kemudian mengakuisisi 35% saham di perusahaan vaping Juul Labs Inc tahun lalu US$ 12,8 miliar.

Tahun lalu, volume penjualan rokok di seluruh industri turun 4,5%. Euromonitor International memperkirakan penjualan rokok global pada tahun ini mencapai US$ 714 miliar.

Sementara berdasarkan data perusahaan riset Mordor Intelligence, pasar rokok elektronik mencapai sekitar US$ 11 miliar pada tahun itu dan diperkirakan akan tumbuh lebih dari 8% setiap tahun dalam lima tahun ke depan.

Baca Juga: Performa Saham HM Sampoerna (HMSP) Berbanding Terbalik dengan Kinerja Keuangannya

Bernstein analis Callum Elliott mengatakan, ada beberapa manfaat dalam penggabungan kembali Philip Morris dan Altria di tengah tekanan yang dihadapi dunia tembakau. "Entitas gabungan dapat menghadirkan sebuah front persatuan pada produk-produk generasi berikutnya seperti iQOS, dan melakukan latihan membangun merek global terkoordinasi dengan cara yang sama Philip Morris yang awalnya membangun Marlboro," katanya.

Pada April 2019 lalu, Philip Morris memenangkan persetujuan dari Food and Drug Administration AS untuk menjual iQOS di Amerika Serikat. Tidak seperti rokok yang mudah terbakar, perangkat iQOS memanaskan tongkat berisi tembakau yang dibungkus kertas, menghasilkan aerosol yang mengandung nikotin. Produk ini berbeda dari e-rokok seperti perangkat Juul yang populer yang menguapkan cairan berisi nikotin.

Baca Juga: HM Sampoerna (HMSP) mencatat kenaikan laba 10,8% pada Semester I-2019

Altria sudah dapat memasarkan iQOS di Amerika Serikat di bawah perjanjian lisensi, yang mencakup pembayaran royalti kepada Philip Morris. Merger antara kedua perusahaan akan menyederhanakan perjanjian itu. Negosiasi merger disebut dimulai sebagai perpanjangan dari kemitraan ini. Pada saat yang sama, Altria dapat memanfaatkan tenaga penjualan global Philip Morris untuk membantu ekspansi internasional Juul.

Philip Morris memiliki pendapatan tahunan hampir US$ 30 miliar, sementara Altria menghasilkan sekitar $ 20 miliar tahun lalu. Kedua perusahaan mengatakan tidak ada jaminan kesepakatan akan tercapai.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×