Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Sektor ritel dan pariwisata Hong Kong diprediksi akan mengalami kontraksi setelah tingkat penjualan mengalami tekanan selama enam bulan beruntun dan musim Natal yang loyo. Hong Kong, dengan pajak penjualan nol dan pusat perbelanjaan mewah, sebelumnya merupakan pintu gerbang bagi merek-merek mewah untuk menjangkau konsumen China, yang dikenal bepergian ke kota dengan koper kosong yang dimaksudkan untuk diisi dengan barang belanjaan untuk dibawa pulang.
Baca Juga: Gara-gara demo, ajang penghargaan K-pop batal digelar di Hong Kong
Menurut sebuah laporan baru-baru ini, dengan jumlah wisatawan yang sekarang berada pada rekor terendah, kuartal pertama 2020 kemungkinan akan memberi perhitungan minim bagi peritel: lebih dari 5.600 pekerjaan ritel bisa hilang dan ribuan toko tutup pada paruh pertama 2020.
Sejumlah restoran dan bar terkemuka juga telah mengumumkan rencana penutupan, sementara jaringan toko kosmetik Sa Sa International Holdings Ltd mengatakan kemungkinan akan menutup 30 toko di Hong Kong tahun ini.
Baca Juga: Pemimpin Hong Kong: Pemerintah menyerah pada tekanan, itu tidak akan terjadi!
Tahun Baru Imlek juga kemungkinan tidak akan memberikan dorongan seperti biasa. Jumlah pengunjung anjlok 53% selama minggu Natal dibandingkan dengan tahun sebelumnya, menurut laporan media setempat.
Chow Tai Fook mengatakan bahwa penutupan tokonya terutama akan berlokasi di kawasan wisata seperti Causeway Bay, Mong Kok dan Tsim Sha Tsui. Selain itu, mereka juga akan terus meninjau produktivitas toko dan mengoptimalkan jaringan ritelnya di Hong Kong.
Baca Juga: Ekonomi Global Masih Suram, Defisit Anggaran Kian Melebar
Toko perhiasan itu, yang dikendalikan oleh keluarga miliarder Cheng, mengalami penurunan penjualan di toko yang sama selama tiga kuartal berturut-turut di Hong Kong dan Makau. Sekarang perusahaan lebih berfokus pada daratan China, di mana mereka berencana untuk menambah 600 toko baru pada tahun finansial yang berakhir 31 Maret.