Sumber: South China Morning Post | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
Apalagi dalam perjanjian tersebut AS tidak menyinggung apapun terkait perilaku China di Laut China Selatan. Hal ini jelas membuat Vietnam merasa was-was.
Bukan cuma itu, Vietnam juga khawatir jika nanti mereka akan terseret masuk ke dalam perang besar antara AS-China di Laut China Selatan.
"Pemerintah Vietnam masih berpikir bahwa meskipun pernyataan AS bermanfaat bagi mereka (Vietnam), tapi Vietnam berusaha untuk tidak terjebak dalam perang," ungkap Viet Hoang, peneliti dari Ho Chi Minh City University of Law yang fokus mengkaji Laut China Selatan, dikutip dari South China Morning Post.
Menurut Hoang, sikap khawatir ini tidak hanya muncul dari Vietnam saja, tetapi juga dari negara ASEAN lainnya yang bersinggungan dengan China.
Bentuk dukungan AS kepada kapal-kapal nelayan Vietnam juga belum benar-benar jelas. Jeffrey Ordaniel, Direktur Program Kelautan dari Pacific Forum juga menganggap peran AS di Vietnam nanti akan cukup terbatas.
Baca Juga: Bandel, kapal China lagi-lagi langgar batas teritori Jepang
Menurutnya AS hadir di Vietnam hanya untuk membangun kesadaran dalam pentingnya perlindungan maritim serta membantu koordinasi dan komunikasi regional.
"AS mungkin akan meningkatkan kemampuan maritim Vietnam, tapi akan lebih fokus untuk menunjukkan dirinya di perairan Vietnam. Memberi isyarat pada China bahwa mereka sudah hadir," ungkapnya.
Sejak tahun lalu AS memang sudah menunjukkan perhatian lebih kepada Vietnam. Bulan November lalu misalnya, Menteri Pertahanan AS Mark Esper datang langsung ke Vietnam untuk menyerahkan bantuan kapal patroli kepada Vietnam.
Sejak saat itu AS jadi semakin sering menunjukkan kehadirannya di wilayah Laut China Selatan dengan berbagai cara. Termasuk mengirimkan dua unit kapal induk pada awal bulan Juli lalu yang akhirnya membuat Laut China Selatan semakin panas.
Baca Juga: Ikut panaskan suasana, Taiwan gelar latihan militer di Laut China Selatan