Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - LONDON. Metro Bank akhirnya berhasil mencapai kesepakatan dengan pemegang saham untuk melakukan penambahan modal setelah dalam sepekan terakhir sahamnya anjlok akibat spekulasi investor terkait masa depan bank tersebut.
Menurut laporan Financial Times, Senin (9/10), pemegang saham telah menyetujui bank yang berbasis di London itu untuk menambah modal sebesar £325 juta dan juga melakukan pembiayaan kembali alias refinancing utang sebesar £600 juta.
Tambahan modal itu tersebut terdiri dari £150 juta dari injeksi pemegang saham terbesar Metro dan £175 juta dari penerbitan obligasi.
Pemegang saham terbesar kedua Metro Bank, miliader Kolombia Jaime Gilinski Bacal akan menginjeksi modal sebesar £102 juta melalui perusahaan investasinya, Spaldy Investment. Kepemilikan saham Spaldy akan naik dari 9,2% menjadi 53% setelah transaksi dilakukan.
Pengumuman kesepakatan dengan pemegang saham itu hanya berselang beberapa jam setelah mencuatnya kabar bank bank sentral Inggris telah mencari investor strategis untuk mencaplok bank tersebut.
Baca Juga: Perang Hamas-Israel Menambah Risiko Ekonomi Global
Metro Bank optimistis penerbitan saham baru, penerbitan obligasi, dan pembiayaan kembali utang itu bisa diselesaikan tahun ini.
Selain itu, bank ini juga tengah menjajaki penjualan portofolio Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) senilai £3 miliar untuk meningkatkan neraca keuangannya, mengurangi aset tertimbang menurut risiko (ATMR) sekitar £1 miliar.
CEO Metro Bank, Dan Frumkin mengatakan, kesepakatan tersebut menandai babak baru bagi bank. "Saya yakin paket itu akan memungkinkan bank mengejar pertumbuhan dan melanjutkan pekerjaan mendasar yang telah dilakukan selama tiga tahun terakhir," kata dia.
Didirikan pada tahun 2010, Metro Bank berkembang dengan total nasabah 2,8 juta dan memiliki aset saat ini £21,7 miliar saat ini.
Saham Metro Bank mendadak anjlok 30% pada Kamis (5/10) setelah mencuat kabar bank meminta pemegang saham tambah modal. Sementara sepanjang tahun ini, sahamnya sudah tergerus 67%.
Berdasarkan aturan MREL, Metro Bank tercatat telah mengalami kekurangan modal. MREL merupakan aturan minimum modal dan utang subordinasi yang harus dipertahankan bank.
Modal Metro ada di bawah ketentuan itu karena kualitas aset untuk portofolio KPRnya memburuk.
Sementara regulator tak mau melonggarkan aturan MTEL atau mengizinkan bank itu menggunakan model risiko internal mereka untuk beberapa portofolio KPRnya.