kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.927.000   10.000   0,52%
  • USD/IDR 16.295   -56,00   -0,34%
  • IDX 7.312   24,89   0,34%
  • KOMPAS100 1.036   -2,36   -0,23%
  • LQ45 785   -2,50   -0,32%
  • ISSI 243   1,24   0,51%
  • IDX30 407   -0,78   -0,19%
  • IDXHIDIV20 465   -1,41   -0,30%
  • IDX80 117   -0,14   -0,12%
  • IDXV30 118   -0,08   -0,07%
  • IDXQ30 129   -0,58   -0,45%

Miliarder AS peringatkan krisis finansial lanjutan


Kamis, 11 Juni 2015 / 09:35 WIB
Miliarder AS peringatkan krisis finansial lanjutan
ILUSTRASI. PT Puri Sentul Permai Tbk (KDTN) resmi membuka hotel Swiss-Belexpress ketiga dan keempatnya di Rest Area KM 166 dan KM 164 ruas Tol Cipali–Majalengka.


Sumber: money.cnn | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

NEW YORK. Masa krisis finansial sepertinya belum akan berakhir. Setidaknya, hal inilah yang diyakini oleh bos perusahaan private equity Steve Schwarzman yang juga dikenal sebagai seorang miliarder. Dia menyatakan, "Salahkan pemerintah, bukan Wall Street untuk krisis finansial berikutnya."

Schwarzman merupakan CEO finansial teranyar yang mengingatkan bahwa peraturan baru yang diterapkan setelah Great Recession akan menyebabkan krisis likuiditas yang dapat memicu memburuknya kondisi perekonomian.

"Kekeringan likuiditas dapat memicu krisis finansial berikutnya. Para penjual akan menawarkan surat utang, namun tidak ditemukan adanya pembeli," tulis Schwarzman, pendiri Blackstone, salah satu perusahaan private equity terbesar dunia.

Peraturan yang bermasalah

Dia mencatat bahwa peraturan Dodd-Frank telah menyebabkan sistem perbankan menjadi kuat dengan mensyaratkan bank memegang aset-aset yang lebih likuid. Artinya, aset-aset tersebut dapat dengan mudah dijual di masa sulit. Meski demikian, kebijakan ini menuai konsekuensi yang tidak diinginkan.

Schwarzman menjelaskan, saat bank memegang aset yang lebih banyak lagi, maka tidak akan mudah menemukan pembeli dan penjual saham, obligasi, dan investasi lainnya. Dia pun mengutip laporan yang dirilis Deutsche Bank yang mengatakan cadangan obligasi korporasi merosot 90% sejak 2001.

"Melihat kondisi ini, perubahan peraturan dapat memicu krisis finansial berikutnya sekaligus memperlambat pertumbuhan ekonomi," katanya mengingatkan.

Hal senada juga diungkapkan oleh ekonom Nouriel Roubini. Roubini mengingatkan akan keberadaan "bom waktu likuiditas" yang dia khawatirkan akan memicu kolapsnya pasar finansial.

Roubini percaya, salah satu faktor penyebabnya adalah peraturan yang ditetapkan pemerintah. Selain itu, faktor lainnya adalah tingginya transaksi perdagangan via komputer yang cepat serta upaya the Fed untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya menciptakan penggelembungan aset (asset bubbles)




TERBARU

[X]
×