kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Miliarder teknologi dan pemegang saham Xerox (1)


Selasa, 12 Desember 2017 / 14:16 WIB
Miliarder teknologi dan pemegang saham Xerox (1)


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tri Adi

KONTAN.CO.ID - Di bisnis teknologi, namanya memang masih kalah tenar dengan pengusaha-pengusaha muda yang kini menjadi miliarder dunia. Tapi, Darwin Deason bukan orang baru di bisnis teknologi. Ia telah lama malang-melintang di bisnis tersebut, terutama di layanan solusi bisnis. Bisnis ini pula yang memupuk kekayaannya dan menjadikannya salah satu miliarder dunia. Selain dari bisnis sendiri, harta Deason juga berasal dari kepemilikan saham di Xerox.

Bisnis teknologi memang sedang naik daun. Banyak orang kaya lahir dari bisnis tersebut. Termasuk salah satunya Darwin Deason. Namun, ia bukan pengusaha bidang teknologi terkini.

Deason bukan orang baru di bisnis teknologi. Namanya cukup tenar di kalangan pebisnis terutama komputer. Ia merupakan pendiri Affiliated Computer Services (ACS). Perusahaan ini adalah penyedia jasa teknologi informasi untuk solusi bisnis dengan klien beragam mulai dari korporasi, hingga pemerintah dan organisasi nirlaba (nonprofit organization).

Bukan itu saja, Deason juga merupakan pemegang saham individu terbesar Xerox. perusahaan fotokopi pertama di dunia. Ia memiliki 6% saham Xerox.

Forbes mencatat kekayaan bersih Deason mencapai US$ 1,28 miliar per 11 Desember 2017. Sumber kekayaan dia berasal dari kepemilikan saham di Xerox, plus bisnis yang dia jalani sendiri.

Deason masuk peringkat 1.678 orang terkaya dunia versi Forbes. Sementara di Amerika Serikat (AS), Deason berada di urutan 505.

Miliarder yang kini berusia 77 tahun tersebut memulai bisnis dari nol. Deason bukanlah berasal dari keluarga berada. Ia anak seorang petani di kawasan Rogers, Arkansas, Amerika Serikat.

Semasa kecil, ia terbiasa hidup susah.  Itu pula yang membulatkan tekadnya untuk mengubah nasib keluarganya.

Deason akhirnya memutuskan meninggalkan kampung halamannya setelah lulus dari bangku sekolah menengah atas. Ia nekat merantau ke kota guna mencari peruntungan.

Kota yang dituju Deason kala itu adalah kota yang terkenal dengan gemerlap lampu-lampu gedungnya yakni Oklahoma. Ia meminjam uang ayahnya sebesar US$ 50 untuk bekal merantau.


Nasib baik rupanya menaungi Deason. Tak lama tinggal di Oklahoma, ia langsung mendapatkan pekerjaan. Bahkan, ia diterima kerja di perusahaan raksasa di bidang perminyakan, Gulf Oil.

Namun rupanya, ia tak betah berlama-lama di perusahaan tersebut. Keinginan bekerja di bidang teknologi membuatnya memutuskan keluar dari Gulf Oil dan bergabung ke perusahaan teknologi.

Perusahaan pertama yang menampungnya yakni MTech, sebuah firma yang bekerja untuk menghimpun dan memproses data secara digital di Dallas. Di perusahaan baru tersebut, Darwin menemukan hasrat dan jati dirinya. Terbukti, pria ambisius ini rela banting tulang pagi hingga malam untuk membesarkan MTech.

Tak percuma, pada usia 29 tahun, Deason sudah menduduki posisi puncak sebagai Direktur Utama alias Chief Executive Officer (CEO) MTech. Ia tercatat sebagai direktur utama termuda dalam sejarah perusahaan itu.

Di MTech, Deason cukup lama mengembangkan keahliannya dalam memimpin perusahaan dan menjadi seorang pebisnis. Malah, pelan-pelan ia juga menjadi salah satu pemilik saham MTech.

Setelah 19 tahun memimpin dan membesarkan MTech, Deason membuat keputusan besar dalam hidupnya. Ia mundur sebagai CEO dan melepas sahamnya di MTech.

Dalam usia yang hampir menginjak setengah abad waktu itu, Deason mendirikan perusahaan sendiri. Di bawah bendera Affilliated Computer Services (ACS), ia pun memenuhi ambisinya menjadi orang yang sukses.

Tak butuh waktu lama bagi Deason membesarkan ACS. Setelah mengantarkan ACS melantai di bursa saham, perlahan Deason mengurangi perannya di perusahaan tersebut. Ia memilih bergerak di belakang layar sebagai pemegang saham dan cukup menduduki posisi sebagai komisaris.        

 (Bersambung)



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×