Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - UPAYA Kepala Eksekutif maskapai penerbangan utama Amerika Serikat (AS) mencoba peruntungan untuk mendapatkan bantuan uang tunai untuk mengatasi krisis virus corona (Covid-19) tampaknya tidak berhasil.
Hal ini diungkapkan oleh empat staf kongres dan pejabat maskapai dalam artikel yang dimuat Reuters, Minggu (22/3).
Sebelumnya, perusahaan maskapai telah mengajukan permohonan mendesak agar sebanyak US$ 29 miliar dari US$ 58 miliar bantuan yang bakal diberikan kepada maskapai penerbangan akan berbentuk uang tunai alias hibah. Langkah tersebut menurut perusahaan harus dilakukan agar tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga 31 Agustus 2020.
Nah, bila stimulus tersebut diberikan, perusahaan maskapai juga berjanji untuk mengurangi pembayaran gaji pejabat dan tidak membayar dividen atau melakukan pembelian kembali saham (buyback).
Baca Juga: AS tawarkan bantuan ke Iran, Khameini: Penipu dan pembohong
Para CEO dari 10 perusahaan maskapai komersial dan pengangkut kargo juga mengatakan dalam sebuah keterangan resmi bahwa tanpa adanya bantuan uang tunai secara langsung, maka tindakan kejam seperti pemangkasan karyawan mungkin diperlukan.
Salah satu anggota Senat dari partai Republik sebelumnya mengungkap dalam draf paket stimulus dan penyelamatan terkait pandemi Covid-19, AS setidaknya sudah anggarkan dana sebesar US$ 1,6 triliun.
Dari jumlah tersebut, sebanyak US$ 50 miliar rencananya akan diberikan ke dalam bentuk pinjaman dan penjaminan untuk maskapai penerbangan komersial (penumpang) sementara US$ 8 miliar dianggarkan kepada operator kargo.
Pemimpin Senat dari Partai Demokrat AS Charles Schumer mengatakan, saat ini masih ada potensi ketidaksepakatan, sehingga ada kemungkinan ketentuan untuk sektor penerbangan dapat berubah seiring berjalannya negosiasi.
Senator John Thune, Senat Republik lainnya mengatakan pemberian bantuan pada maskapai seperti yang diajukan oleh para perusahaan tidak mendapat dukungan.
Maskapai diharapkan untuk segera mengalihkan perhatian mereka untuk mengajukan pinjaman yang dijamin pemerintah dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.
Rencananya, lewat pemberian pinjaman ini nantinya pemerintah melalui Kementerian Keuangan AS bisa menjadikan saham, waran sebagai opsi agunan dari program pemberian pinjaman kepada maskapai.
Wabah global virus corona yang terjadi memang telah memaksa maskapai untuk membatalkan puluhan ribu penerbangan, dan mengakibatkan kerugian pendapatan yang sangat besar.
Misalnya, pada hari Sabtu (21/3) lalu, United Airlines mengatakan pihaknya telah membatalkan 90% dari penerbangan internasionalnya yang telah dipesan pada bulan April mendatang.
United, Delta Air Lines, Grup American Airlines, FedEx, Southwest Airlines Co, UPS dan lainnya telah memperingatkan dalam surat kepada anggota parlemen pada hari akhir pekan lalu bahwa waktu untuk bernegosiasi hampir habis. Mereka pun akhirnya mendesak kongres untuk tidak melampirkan persyaratan tambahan.
Baca Juga: Ada corona, kegiatan industri kaca masih berjalan normal
"Kami dengan hormat mendesak kongres untuk tidak mengejar langkah-langkah oportunistik yang akan merugikan, atau tidak membantu kemampuan kami untuk pulih," ujar asosiasi tersebut.
Beberapa anggota kongres memang punya syarat tambahan yang diajukan semisal maskapai penerbangan harus menyetujui ketentuan seperti pembatasan bagasi, tambahan biaya atau berkomitmen untuk hanya menerbangkan pesawat ramah lingkungan.
Di lain pihak, Serikat Pekerja yang mewakili sektor industri penerbangan pun sudah mengajukan permohonan terakhir. Ketua International Association of Machinists and Aerospace Workers juga meminta agar kongres memberikan bantuan tunai langsung untuk pembayaran gaji.
Presiden Asosasi Penerbangan, Sara Nelson di sisi lain mengecam Ketua Senat Republik Mitch McConnell atas rencananya itu. "Maskapai penerbangan dan bandara akan memangkas pekerjaan, dan utang yang mereka ambil akan menyebabkan kebangkrutan yang selanjutnya akan melukai pekerja penerbangan di garis depan, sementara eksekutif lolos," katanya.
Perusahaan maskapai akhir pekan lalu meminta agar US$ 58 miliar bantuan bisa disalurkan dalam bentuk hibah tunai bisa dibagi rata. Selain meminta dana tunai, asosasi juga memohon agar diberikan keringanan pajak yang membuat kerugian.
"Luasnya dan mendesaknya kebutuhan untuk bertindak tidak bisa dilebih-lebihkan. Ini mendesak dank belum pernah terjadi sebelumnya," tulis Asosiasi.