Reporter: Dyah Megasari, Reuters |
TOKYO. Moody's Investors Service memperingatkan bakal memangkas peringkat utang Jepang. Penyebabnya, tidak maksimalnya hasil reformasi fiskal bisa berdampak negatif pada kondisi keuangan negara. Peringatan Moody's ini menambah tekanan pemerintah agar bisa menghasilkan kebijakan yang mampu menekan jumlah utang.
Peringatan menyusul langkah Standard & Poor's pada bulan lalu yang men-downgrade peringkat negeri sakura tersebut. Pemangkasan dilakukan pertama kali sejak sembilan tahun terakhir dan menggiring Jepang dalam pengawasan keuangan yang lebih ketat.
Moody's Investors Service pada Rabu (8/2) menegaskan peringkat utang Jepang di AA2 dengan outlook stabil dan dinilai memiliki standard probabilitas yang rendah saat ini.
Tom Byrne, Wakil Presiden Senior dan Pengawas Kredit Regional Moody's, mengatakan Jepang tidak bisa mencapai tujuan dalam menyeimbangkan anggaran primer dengan menggenjot pertumbuhan ekonomi saja. "Tapi langkah fiskal juga sangat perlu," kata Byrne.
Selain itu, perkembangan politik yang memburuk berpotensi menghambat perkembangan reformasi fiskal. "Jika terjadi, berimbas negatif pada utang," ujarnya. Sebelum masalah fiskal meledak karena krisis, pemerintah harus mengurangi defisit anggaran.
Ekonom dan lembaga pemeringkat telah lama memperingatkan Jepang agar mengurangi beban utang. Saat ini utang Jepang meningkat dua kali lipat menjadi US$ 5 triliun dan merupakan utang terburuk di antara negara-negara industri.
"Kondisi fiskal Jepang telah memburuk setiap tahun," Kata Chotaro Morita, Kepala Fixed Income Research Barclays Capital di Tokyo.
Perdana Menteri Naoto Kan telah mempertaruhkan kariernya dalam melakukan perbaikan sistem jaminan sosial. Naoto meningkatkan pajak penjualan untuk mencegah utang publik dari kenaikan lebih lanjut.
Naoto menghadapi kecaman partai-partai oposisi yang akan memblokir tagihan anggaran dan menginginkan pengunduran dirinya.