Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada Sabtu (29/4) pagi, terjadi serangan pesawat tak berawak Ukraina yang mengakibatkan fasilitas penyimpanan bahan bakar Rusia di pelabuhan Krimea Sevastopol terbakar dan menyebarkan asap hitam besar ke langit.
Gubernur kota yang dilantik Moskow menyalahkan Ukraina dan menyatakan bahwa api telah dipadamkan sebelum bencana terjadi. Namun, seorang pejabat intelijen militer Ukraina melaporkan bahwa lebih dari 10 tank produk minyak dengan kapasitas sekitar 40.000 ton yang dimaksudkan untuk digunakan oleh Armada Laut Hitam Rusia telah hancur dalam serangan tersebut.
Serangan ini terjadi ketika Ukraina bersiap untuk serangan balasan yang telah lama dijanjikan untuk mendorong pasukan Rusia kembali dari wilayah yang mereka rebut sejak menginvasi pada Februari 2022.
Baca Juga: Rusia Memperkuat Pertahanannya Ketika Ukraina Bersiap Melakukan Serangan Balik
Ukraina mengklaim kendali atas semua wilayah hukumnya, termasuk Krimea, sebagai syarat utama untuk setiap kesepakatan damai. Namun, pasukan Rusia telah menduduki semenanjung itu sejak tahun 2014.
Moskow menuduh Kyiv telah mengirim gelombang drone udara dan laut untuk menyerang Krimea. Gubernur Sevastopol mengatakan bahwa hanya satu drone yang menghantam tangki minyak.
Pejabat Ukraina tidak mengklaim bertanggung jawab atas ledakan di situs militer di Krimea, meskipun terkadang mereka merayakannya menggunakan bahasa halus.
Sebaliknya, Andriy Yusov, seorang pejabat militer Ukraina, mengatakan kepada RBC bahwa ledakan tersebut adalah "hukuman Tuhan" atas serangan Rusia di kota Uman, Ukraina, pada hari Jumat yang menewaskan 23 orang.
Baca Juga: Delegasi Ukraina Apresiasi Konsistensi Indonesia Dukung Perjuangan Lawan Invasi Rusia
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, mengatakan bahwa Kyiv akan melakukan semua yang bisa dilakukan untuk memastikan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas serangan terhadap Uman dimintai pertanggungjawaban sesegera mungkin.