kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.487.000   72.000   2,98%
  • USD/IDR 16.610   15,00   0,09%
  • IDX 8.215   125,82   1,56%
  • KOMPAS100 1.141   21,67   1,94%
  • LQ45 817   20,53   2,58%
  • ISSI 289   3,45   1,21%
  • IDX30 427   12,04   2,90%
  • IDXHIDIV20 486   16,19   3,45%
  • IDX80 126   2,44   1,97%
  • IDXV30 134   1,19   0,90%
  • IDXQ30 136   4,46   3,39%

MPOC: Harga CPO Diproyeksi Bertahan di Atas US$ 1.042 per Ton hingga 2026


Selasa, 21 Oktober 2025 / 13:09 WIB
MPOC: Harga CPO Diproyeksi Bertahan di Atas US$ 1.042 per Ton hingga 2026
ILUSTRASI. Pekerja menunjukkan buah kelapa sawit usai dipanen di kawasan PT Perkebunan Nusantara IV, Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (24/10/2024). Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan ketersediaan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) masih sangat mencukupi untuk bahan baku biodiesel 50 persen (B50) dengan tingkat produksi CPO di Indonesia pada tahun 2024 sekitar 46 juta ton, sedangkan yang dibutuhkan untuk pembuatan B50 hanya 5,3 juta ton. ANTARA FOTO/Fransisco Carolio/tom.


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Dewan Minyak Sawit Malaysia (Malaysian Palm Oil Council/MPOC) memperkirakan harga crude palm oil (CPO) akan bertahan di atas RM 4.400 atau sekitar US$ 1.042 per ton hingga memasuki tahun 2026.

Prospek harga yang kuat tersebut didukung oleh permintaan biodiesel dan ketidakpastian pasokan untuk ekspor.

MPOC dalam pernyataannya, Selasa (21/10/2025), menyebut pasokan minyak kedelai yang semakin ketat dari Argentina dan kekhawatiran dampak kebijakan mandatori biodiesel B50 Indonesia terhadap stok ekspor akan menopang harga CPO ke depan.

Baca Juga: Prabowo Akan Menambah Anggaran LPDP Rp 13 Triliun dari Uang Sitaan Korupsi CPO

Namun, lembaga tersebut juga mengingatkan bahwa sentimen pasar masih berhati-hati, dipengaruhi oleh pelemahan harga minyak mentah, tingginya stok minyak nabati di pasar utama seperti China dan India, serta ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang mendorong penumpukan stok kedelai global.

MPOC menambahkan, stok kedelai Amerika Serikat meningkat sejak musim panen dimulai bulan lalu, seiring dengan penangguhan impor kedelai AS oleh China sejak Mei. Negeri Tirai Bambu kini lebih banyak mengimpor dari Amerika Selatan.

“Meski aktivitas pengolahan domestik dan konsumsi minyak kedelai di AS diperkirakan meningkat pada 2026 seiring penerapan kebijakan biofuel 45Z yang mengutamakan bahan baku lokal, faktor tersebut belum mampu mengimbangi penurunan tajam ekspor ke China,” tulis MPOC.

Lebih lanjut, MPOC menyebut permintaan minyak nabati global musim depan akan bergantung pada minyak bunga matahari.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham dan Propsek Emiten CPO Usai Lakukan Klarifikasi Lahan

Pasalnya pasokan minyak kedelai yang dapat diekspor dari AS dan Brasil diprediksi turun 41%, dari 2,7 juta ton pada 2024/2025 menjadi 1,6 juta ton pada 2025/2026 akibat meningkatnya konsumsi domestik untuk biofuel.

Menariknya, MPOC mencatat harga CPO kembali berada di atas harga minyak kedelai di pasar global, setelah sempat lebih rendah selama April–September.

Per pertengahan Oktober, harga CPO tercatat US$ 42 per ton lebih tinggi dibandingkan minyak kedelai di Eropa, dan US$ 26 per ton lebih tinggi di pasar India.

Selanjutnya: Indonesia Kendaraan Terminal (IPCC) Raup Laba Rp 190,29 Miliar per Kuartal III-2025

Menarik Dibaca: Promo Indomaret Harga Spesial 21 Oktober-3 November 2025, Sunlight Botol Diskon 25%




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×