Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pemerintah China sedang mempertimbangkan untuk membebaskan tarif tinggi pada sebagian barang impor dari Amerika Serikat (AS). Langkah ini menjadi tanda awal China mulai khawatir dampak ekonomi dari perang dagang.
Menurut sumber Reuters, tim Kementerian Perdagangan China sedang mengumpulkan daftar barang-barang yang bisa dibebaskan dari tarif. Mereka juga meminta perusahaan-perusahaan untuk mengajukan permohonan penghapusan tarif atas barang tertentu yang mereka anggap penting.
Majalah keuangan Caijing dikutip Reuters melaporkan China sedang mempertimbangkan mengecualikan delapan jenis barang yang berhubungan dengan industri semikonduktor, tidak termasuk chip memori.
Baca Juga: Efek Perang Tarif, Korporasi Ubah Target
Presiden Kamar Dagang Amerika di China, Michael Hart mengatakan, pemerintah China telah bertanya kepada perusahaan barang apa dari AS ke China yang tidak bisa didapatkan dari negara lain. Jika tidak ada, apakah rantai pasokan akan terganggu.
Beberapa anggota kamar dagang menyebut masih bisa mengimpor barang-barang dari AS di minggu ini tanpa dikenakan tarif tambahan. Ada 131 kategori produk yang akan dibebaskan dari tarif beredar luas di media sosial, kalangan bisnis, dan kelompok dagang.
Produk dalam daftar itu mulai dari vaksin, bahan kimia hingga mesin jet. Tapi, Reuters belum bisa memastikan kebenaran daftar tersebut. Perusahaan analis Huatai Securities memperkirakan barang dalam daftar itu bernilai sekitar US$ 45 miliar merujuk data impor 2024.
Baca Juga: Elon Musk Angkat Kaki dari Pemerintahan Donald Trump, Bagaimana Nasib DOGE?
Barang impor dari AS seperti etana bahan kimia untuk petrokimia dan obat-obatan tidak memiliki alternatif mudah dari negara lain. Beberapa perusahaan pemroses etana dari AS bahkan sudah mengajukan permohonan pengecualian tarif ke pemerintah China karena AS satu-satunya pemasok.
Perusahaan farmasi besar seperti AstraZeneca dan GSK juga memiliki pabrik yang besar di AS. Pabrik tersebut banyak produksi dan menjual obat ke China.