Sumber: Sputnik News | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - BRUSSELS. Kebangkitan militer China belakangan sepertinya sudah tidak bisa disembunyikan lagi. Penyebaran pasukannya yang semakin luas, terutama di Laut China Selatan, rupanya telah membuat NATO was-was.
Perwira militer paling senior NATO, Stuart Peach, menyatakan keprihatinan atas kecepatan yang mengejutkan dari modernisasi militer China.
Peach yang saat ini menjabat sebagai Ketua Komite Koordinasi Militer NATO mengatakan, penting bagi NATO saat ini untuk mengawasi China. Sebab, militer China bisa ada di sekeliling kita.
"Saya pikir sangat penting untuk mengawasi itu. Apa yang Anda lakukan jika Anda seorang pemimpin di China dengan kekuatan besar yang modern dan kuat? Anda menyebarkannya, Anda memindahkannya," kata Peach dalam wawancaranya dengan Financial Times, Jumat (25/6).
Bukan cuma itu, pejabat NATO ini juga menyoroti kehadiran militer China di banyak negara sebagai staf kedutaan besar. Ia menyebutkan, banyak posisi di Keduataan Besar China diisi oleh perwira umum.
Baca Juga: Xi Jinping: Musuh China akan alami kepala pecah dan berdarah
Dilansir dari Sputnik News, Peach juga mengeluh tentang kemitraan militer strategis yang berkembang antara China dan Rusia. Meskipun ia percaya, kedua kekuatan itu mungkin akan bentrok di Kutub Utara suatu hari nanti.
Kebangkitan militer China
China berencana untuk menghabiskan sekitar US$ 202 miliar untuk pertahanan pada tahun fiskal 2021. Dalam beberapa tahun terakhir, China telah mengembangkan dan memproduksi berbagai sistem rudal canggih, pesawat terbang, dan kapal perang.
Presiden China Xi Jinping bertujuan untuk mengubah militer menjadi kekuatan utama yang mampu memproyeksikan kekuatan di luar negeri untuk melindungi kepentingan China.
Baca Juga: AS: Peningkatan kekuatan militer China mulai mengkhawatirkan