Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pertemuan pejabat Amerika Serikat (AS) dengan pejabat China selama dua hari tak membuahkan hasil signifikan untuk mengakhiri perang dagang. Pertemuan tersebut disebut-sebut tanpa terobosan besar untuk mengurai sengketa dagang yang makin memanas antar dua negara itu.
"Kami mengakhiri dua hari diskusi dengan rekan-rekan dari China dan bertukar pandangan tentang bagaimana mencapai keadilan, keseimbangan, dan timbal balik dalam hubungan ekonomi," kata Jurubicara Gedung Putih Lindsay Walters dalam pernyataan singkat via email seperti dilaporkan Reuters, Jumat (24/8).
Diskusi juga membahas bagaimana mengatasi masalah struktural di China, termasuk kebijakan perlindungan kekayaan intelektual dan transfer teknologi.
Sebelumnya, seorang pejabat senior di pemerintahan Presiden Donald Trump meremehkan pertemuan tersebut akan memetik hasil, selama China belum menanggapi keluhan AS tentang dugaan penyelewengan hak kekayaan intelektual dan subsidi industri.
"Agar kami mendapatkan hasil positif dari keterlibatan ini, sangat penting bahwa mereka (China) mengatasi keprihatinan mendasar yang kami telah angkat," kata pejabat itu tersebut. “Kami belum melihat itu, tetapi kami akan terus mendorong mereka untuk mengatasi masalah yang kami telah kembangkan,” imbuhnya.
Dalam pernyataan singkat, Kementerian Perdagangan China menyatakan, kedua belah pihak memiliki pertukaran konstruktif dan jujur atas masalah perdagangan, dan akan tetap berhubungan pada langkah selanjutnya.
Berbicara di Beijing, Jurubicara Kementerian Luar Negeri China Lu Kang mengatakan bahwa China tidak suka memberikan komentar ketika pembicaraan sedang berlangsung, dan lebih suka melakukan pekerjaan secara diam-diam.
“Putaran negosiasi perdagangan ini sama. Jika Anda ingin berbicara serius untuk hasil yang baik, maka Anda harus melakukannya dengan sungguh-sungguh, tidak perlu berbicara keras, ” kata Lu Kang.
Para pejabat pemerintah Trump mengakui sulitnya menekan China. Namun Gedung Putih yakin bahwa mereka bakal memenangkan perang perdagangan karena ekonomi Tiongkok melambat dan pasar sahamnya jatuh.
“Mereka tidak akan menyerah begitu saja. Tentu saja mereka akan membalas sedikit,” kata Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross.
Pada akhirnya, kata Ross, AS memiliki lebih banyak peluru daripada China. "Mereka tahu itu. Kami memiliki ekonomi yang jauh lebih kuat daripada yang mereka miliki, mereka juga tahu itu,” imbuh Ross.
Para ekonom memperkirakan, setiap US$ 100 miliar impor yang terkena tarif akan mengurangi perdagangan global sekitar 0,5%.
Di tengah negosiasi dagang, Kamis (23/8), AS mulai mengenakan tarif impor sebesar 25% pada 279 kategori produk dari China senilai US$ 16 miliar.
Kategori produk tersebut termasuk semikonduktor, plastik, bahan kimia dan peralatan kereta api. China tak mau kalah dan juga mulai efektif mengenakan tarif impor yang sepadan senilai US$ 16 miliar atas barang dari AS di hari yang sama.