Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - TEL AVIV. Pada Kamis (16/1/2025), Israel menunda pemungutan suara Kabinet terkait kesepakatan gencatan senjata yang telah lama ditunggu-tunggu yang akan menghentikan pertempuran di Jalur Gaza dan membebaskan puluhan sandera.
Sementara itu, serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 72 orang di wilayah yang dilanda perang itu.
Melansir AP, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyalahkan pertikaian di menit-menit terakhir dengan Hamas sebagai penyebab tertundanya persetujuan tersebut.
Selain itu, meningkatnya ketegangan dalam koalisi pemerintah Netanyahu menimbulkan kekhawatiran tentang pelaksanaan kesepakatan tersebut hanya sehari setelah Presiden AS Joe Biden dan mediator utama Qatar mengumumkan bahwa kesepakatan tersebut telah selesai.
Hal itu menciptakan realitas ganda: warga Palestina yang lelah berperang di Gaza, keluarga sandera yang ditawan di daerah kantong itu, dan para pemimpin dunia semuanya menyambut baik hasil diplomasi yang melelahkan selama berbulan-bulan.
Kantor Netanyahu menuduh Hamas mengingkari beberapa bagian dari kesepakatan tersebut dalam upaya untuk mendapatkan konsesi lebih lanjut — tanpa menyebutkan bagian mana saja.
Baca Juga: WHO Serukan Dukungan Internasional Danai Bantuan di Gaza Pasca Gencatan Senjata
"Hamas menarik diri dari kesepahaman dan menciptakan krisis di menit-menit terakhir yang mencegah penyelesaian," kata kantor Netanyahu.
Dalam pengarahan pada hari Kamis, David Mencer, juru bicara pemerintah Israel, mengatakan tuntutan baru Hamas berkaitan dengan pengerahan pasukan Israel di koridor Philadelphia, jalur sempit yang berbatasan dengan Mesir yang direbut pasukan Israel pada bulan Mei.
Hamas membantah klaim tersebut. Sementara Izzat al-Rishq, pejabat senior Hamas, mengatakan kelompok militan itu berkomitmen pada perjanjian gencatan senjata, yang diumumkan oleh para mediator.
Tidak jelas sejauh mana penundaan dalam persetujuan kesepakatan tersebut, yang awalnya dijadwalkan berlaku pada hari Minggu. Kondisi ini juga mencerminkan upaya untuk menjaga agar pemerintahan Netanyahu yang goyah tetap bersatu.
Baca Juga: Ini 3 Fase Gencatan Senjata Gaza yang Disepakati Hamas dan Israel
Perjanjian gencatan senjata telah menuai perlawanan sengit dari mitra koalisi sayap kanan Netanyahu, yang dukungannya sangat dibutuhkan perdana menteri Israel untuk tetap berkuasa.
Pada hari Kamis, menteri keamanan nasional garis keras Israel, Itamar Ben-Gvir, mengancam akan mengundurkan diri dari pemerintahan jika Israel menyetujui gencatan senjata.
Tanggapan AS
Sementara itu, mengutip Reuters, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada hari Kamis menegaskan, gencatan senjata di Jalur Gaza harus dimulai pada hari Minggu sesuai rencana, meskipun para negosiator perlu menyelesaikan "masalah" di menit-menit terakhir.
"Tidak mengherankan bahwa dalam proses dan negosiasi yang penuh tantangan dan ketegangan ini, Anda mungkin mendapatkan masalah," kata Blinken dalam konferensi pers di Washington.
Dia menambahkan, "Kami sedang menyelesaikan masalah itu saat kita berbicara."
Seorang pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan satu-satunya perselisihan yang tersisa adalah mengenai identitas beberapa tahanan yang ingin dibebaskan Hamas.
Tonton: Israel Hamas Capai Kesepakatan Gencatan Senjata, Warga Gaza Menangis Bahagia
Menurut pejabat tersebut, utusan Presiden Joe Biden dan Presiden terpilih Donald Trump berada di Doha bersama mediator Mesir dan Qatar yang berupaya menyelesaikannya.
Di dalam Gaza, kegembiraan atas gencatan senjata berganti menjadi kesedihan dan kemarahan atas meningkatnya pemboman yang menyusul pengumuman tersebut.
Suara Tamer Abu Shaaban bergetar saat ia berdiri di samping tubuh mungil keponakan perempuannya yang masih muda yang terbungkus kain kafan putih di lantai keramik kamar mayat Kota Gaza. Ia terkena pecahan peluru dari rudal saat bermain di halaman sekolah tempat keluarganya berlindung, katanya.