Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
RIYADH. Arab Saudi berupaya keras mendongkrak perekonomian mereka. Salah satunya, dengan menerbitkan obligasi dengan target mencapai US$ 15 miliar.
Nilai obligasi ini sangat besar dan sepertinya akan sangat diminati market. Bahkan, jika OPEC dan sejumlah produsen minyak global lainnya sepakat untuk memangkas produksi, maka permintaan obligasi ini bisa lebih tinggi lagi.
Penawaran surat utang tersebut merupakan langkah maju penting bagi Arab Saudi, yang kini tengah berupaya mengurangi ketergantungan mereka terhadap minyak. Seperti yang diketahui, ekonomi negara kerajaan ini mendapat hantaman keras seiring penurunan harga minyak dalam jangka panjang dan besarnya biaya yang dikucurkan untuk perang di Yaman.
Arab Saudi mengalami defisit hebat karena tiga per empat dari total pendapatannnya berasal dari petroleum. Tahun lalu, nilai defisitnya mencapai US$ 100 miliar seiring anjloknya harga minyak dunia sebesar 30%.
Penawaran obligasi ini akan menjadi obligasi internasional pertama bagi Arab Saudi. Menurut Standard & Poor's, obligasi global ini akan menjadi surat utang tanpa peringkat dan membuka jalan bagi perkembangan pasar modal obligasi di Arab Saudi.
"Ada sejumlah permintaan untuk surat utang Timur Tengah. Harganya sedikit mahal di tengah tren penurunan minyak dan ketidakstabilan, dan Anda harus mendapat sejumkah kompensasi dari hal tersebut. Mereka (Arab Saudi) ingin memastikan mereka sudah membuka akses market," papar Adrian Helfert, head of global fixed income Amundi Smith Breeden kepada CNBC.
Arab Saudi sudah menjadwalkan untuk mendiskusikan obligasi dengan investor asal AS pada hari ini. Arab menyatakan kepada investor, pihaknya menargetkan neraca perdagangan akan mencapai titik keseimbangan pada 2020. Jika, harga minyak berada di kisaran saat ini, mereka optimistis akan mencapai target tersebut. Road show untuk penawaran obligasi ini sudah berjalan dalam beberapa pekan terakhir.