Sumber: Reuters | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - LONDON. Ekonomi Inggris diperkirakan tumbuh lebih cepat daripada prediksi sebelumnya pada tahun mendatang, menurut laporan terbaru Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) yang dirilis Selasa (2/12).
Lembaga yang berbasis di Paris itu menyebutkan kebijakan anggaran Menteri Keuangan Rachel Reeves sebagai faktor pendorong konsumsi, meskipun ketidakpastian global masih berpotensi menekan inflasi.
OECD menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Inggris untuk 2026 menjadi 1,2% dari perkiraan sebelumnya sebesar 1% pada September lalu. Produk domestik bruto (PDB) Inggris diperkirakan tumbuh 1,3% pada 2027.
Baca Juga: Pertumbuhan Harga Rumah Secara Tahunan di Inggris Melambat per November 2025
“Penting untuk memastikan bahwa proses konsolidasi fiskal dilakukan pada waktu yang tepat, mengingat risiko perlambatan ekonomi yang signifikan dan tekanan kenaikan inflasi. Kebijakan harus tepat sasaran, dengan kombinasi kenaikan pendapatan negara dan pemangkasan belanja,” kata OECD dalam laporan prospek global terbarunya.
Dalam anggaran yang diumumkan 26 November, Reeves meningkatkan belanja pemerintah yang akan didanai melalui peningkatan utang negara serta kenaikan pajak bagi pekerja, penabung pensiun, dan investor.
Reeves menyambut baik proyeksi tersebut. Ia menyatakan anggaran pekan lalu telah membantu mengurangi daftar tunggu layanan kesehatan nasional (NHS), serta menurunkan tingkat pinjaman, utang, dan biaya hidup.
OECD memperkirakan defisit anggaran Inggris akan tetap besar, namun perlahan menyempit dari 5,9% PDB pada 2025 menjadi 5,1% pada 2027. Total pendapatan negara diperkirakan mencapai 40% dari total output ekonomi.
Baca Juga: Hat-trick Eze Bawa Arsenal Unggul Enam Poin di Puncak Premier League
Untuk inflasi, OECD memproyeksikan angka rata-rata 3,5% tahun ini tertinggi di antara negara-negara G7 sebelum turun menjadi 2,5% pada 2026 dan 2,1% pada 2027. Perkiraan inflasi tahun depan sejalan dengan proyeksi lembaga pengawas anggaran Inggris yang dirilis pekan lalu.
“Ekspektasi inflasi yang tetap tinggi dan potensi efek menyebar dari kenaikan pajak penghasilan dan upah minimum, serta tingginya harga pangan, menjadi risiko kenaikan harga,” demikian peringatan OECD.
Hal ini, menurut organisasi tersebut, dapat mendorong Bank of England mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama dan melemahkan prospek pertumbuhan ekonomi.
Dengan kondisi keuangan publik yang terbatas, OECD juga mengingatkan pemerintah Inggris memiliki ruang yang kecil untuk menghadapi potensi guncangan ekonomi di masa mendatang.













