Sumber: Bloomberg |
SINGAPURA. Harga minyak mentah naik di New York setelah Rusia mengatakan bahwa kemungkinan akan ada koordinasi pemangkasan produksi dengan OPEC untuk menopang harga.
Menteri dari 13 negara yang tergabung dalam Organization of Petroleum Exporting Countries dijadwalkan untuk bertemu pada 29 November 2008 ini di Kairo sebelum pertemuan lain pada 17 Desember di Algeria. Rusia akan bekerja bersama dengan OPEC untuk mempertahankan keinginannya dan rencana pemangkasan produksi tidak akan dilakukan. Hal ini ditegaskan oleh Menteri Energi Rusia, Sergei Shmatko.
“Rusia akan menjadi lebih kooperatif seperti 10 tahun silam dan akan menjadi bullish jika mereka memangkas produksinya bersama-sama dengan OPEC,” kata Anthony Nunan, assistant GM for risk management Mitsubishi Corp. di Tokyo.
Minyak mentah untuk pengiriman Januari naik sebesar 43 sen atau 0,9% menjadi US$ 51,20 per barel di New York Mercantile Exchange -- pukul 10.41 waktu Singapura. Kemarin, kontrak diperdagangkan di harga yang lebih ciut, yaitu turun US$ 3,73, atau 6,8% menjadi US$ 50,77 per barel. Kontrak berjangka juga telah terjungkal 65% sejak menyentuh rekornya pada Juli 2008 lalu.
OPEC, yang mengendalikan lebih dari 40% suplai minyak dunia, telah memangkas produksinya seiring dengan terjun bebasnya harga minyak dunia sejak Juli 2008 lalu. Permintaan global terhadap minyak dunia juga bergerak melambat dan telah menyisakan 1 juta barel per hari yang perlu untuk dikikis kembali pada akhir tahun ini. Hal ini ditegaskan oleh Menteri Perminyakan Venezuela, Rafael Ramirez.
Rusia sebagai eksportir minyak mentah terbesar setelah Saudi Arabia, kini tengah berjuang untuk menjaga produksinya di level yang sama seperti yang sudah-sudah.
Minyak telah menyusut lebih dari US$ 3 barel per hari Selasa (25/11) seiring dengan perekonomian AS yang terjungkal pada kuartal ketiga tahun ini, lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. GDP tahunan juga mengecil 0,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, paling besar sejak resesi tahun 2001. Belanja konsumen di AS juga telah terpangkas dalam jumlah yang sangat besar selama hampir tiga dekade ini.
Langkah yang dilakukan oleh The Fed untuk melumerkan kredit dengan berkomitmen sebesar US$ 800 miliar telah mengangkat saham-saham di Wall Street kemarin.
Berdasarkan survei Bloomberg News, sebuah laporan hari ini kemungkinan akan menunjukkan bahwa suplai minyak naik sebesar 1 juta barel minggu lalu. Permintaan terhadap bahan bakar selama empat minggu yang berakhir pada 14 November telah menciut sebesar 7% dari periode yang sama tahun lalu.
Cadangan bensin kemungkinan juga akan menggelembung 500.000 barel dari 198,6 juta barel di minggu sebelumnya.
Departemen Energi AS dijadwalkan untuk merilis laporan mingguannya pada hari Rabu (26/11) pada pukul 10.35 waktu Washington.
Sementara itu, minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Januari naik sebesar 45 sen atau 0,9% menjadi US$ 50,80 per barel di ICE Futures Europe exchange London --pada pukul 10.52 waktu Singapura. Kemarin, kontrak juga anjlok sebesar US$ 3,58 atau 6,6% menjadi US$ 50,35 per barel.
Menteri dari 13 negara yang tergabung dalam Organization of Petroleum Exporting Countries dijadwalkan untuk bertemu pada 29 November 2008 ini di Kairo sebelum pertemuan lain pada 17 Desember di Algeria. Rusia akan bekerja bersama dengan OPEC untuk mempertahankan keinginannya dan rencana pemangkasan produksi tidak akan dilakukan. Hal ini ditegaskan oleh Menteri Energi Rusia, Sergei Shmatko.
“Rusia akan menjadi lebih kooperatif seperti 10 tahun silam dan akan menjadi bullish jika mereka memangkas produksinya bersama-sama dengan OPEC,” kata Anthony Nunan, assistant GM for risk management Mitsubishi Corp. di Tokyo.
Minyak mentah untuk pengiriman Januari naik sebesar 43 sen atau 0,9% menjadi US$ 51,20 per barel di New York Mercantile Exchange -- pukul 10.41 waktu Singapura. Kemarin, kontrak diperdagangkan di harga yang lebih ciut, yaitu turun US$ 3,73, atau 6,8% menjadi US$ 50,77 per barel. Kontrak berjangka juga telah terjungkal 65% sejak menyentuh rekornya pada Juli 2008 lalu.
OPEC, yang mengendalikan lebih dari 40% suplai minyak dunia, telah memangkas produksinya seiring dengan terjun bebasnya harga minyak dunia sejak Juli 2008 lalu. Permintaan global terhadap minyak dunia juga bergerak melambat dan telah menyisakan 1 juta barel per hari yang perlu untuk dikikis kembali pada akhir tahun ini. Hal ini ditegaskan oleh Menteri Perminyakan Venezuela, Rafael Ramirez.
Rusia sebagai eksportir minyak mentah terbesar setelah Saudi Arabia, kini tengah berjuang untuk menjaga produksinya di level yang sama seperti yang sudah-sudah.
Minyak telah menyusut lebih dari US$ 3 barel per hari Selasa (25/11) seiring dengan perekonomian AS yang terjungkal pada kuartal ketiga tahun ini, lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. GDP tahunan juga mengecil 0,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, paling besar sejak resesi tahun 2001. Belanja konsumen di AS juga telah terpangkas dalam jumlah yang sangat besar selama hampir tiga dekade ini.
Langkah yang dilakukan oleh The Fed untuk melumerkan kredit dengan berkomitmen sebesar US$ 800 miliar telah mengangkat saham-saham di Wall Street kemarin.
Berdasarkan survei Bloomberg News, sebuah laporan hari ini kemungkinan akan menunjukkan bahwa suplai minyak naik sebesar 1 juta barel minggu lalu. Permintaan terhadap bahan bakar selama empat minggu yang berakhir pada 14 November telah menciut sebesar 7% dari periode yang sama tahun lalu.
Cadangan bensin kemungkinan juga akan menggelembung 500.000 barel dari 198,6 juta barel di minggu sebelumnya.
Departemen Energi AS dijadwalkan untuk merilis laporan mingguannya pada hari Rabu (26/11) pada pukul 10.35 waktu Washington.
Sementara itu, minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Januari naik sebesar 45 sen atau 0,9% menjadi US$ 50,80 per barel di ICE Futures Europe exchange London --pada pukul 10.52 waktu Singapura. Kemarin, kontrak juga anjlok sebesar US$ 3,58 atau 6,6% menjadi US$ 50,35 per barel.
Berita Terkait
Internasional
Paket Stimulus US$ 800 Miliar Digerojokkan The Fed
Internasional