Sumber: Forbes | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah investor besar Amerika Serikat dipastikan akan memegang kendali mayoritas atas bisnis baru TikTok di AS.
Menurut laporan Wall Street Journal pada Selasa (16/9/2025), grup investor yang dipimpin oleh Oracle milik Larry Ellison, firma ekuitas swasta Silver Lake, dan perusahaan modal ventura Andreessen Horowitz akan menguasai sekitar 80% saham TikTok AS.
Sisanya akan tetap dimiliki oleh pemegang saham asal China. Oracle akan bertanggung jawab atas pengelolaan data pengguna melalui fasilitasnya di Texas.
Dewan direksi perusahaan baru tersebut mayoritas beranggotakan warga AS, ditambah satu perwakilan yang ditunjuk pemerintah AS.
Baca Juga: Moody’s: Kekuatan Fiskal Amerika Serikat (AS) Diprediksi Terus Melemah
Selain Oracle, Silver Lake, dan Andreessen Horowitz, beberapa investor lain seperti Susquehanna International, KKR, dan General Atlantic yang sebelumnya sudah menanamkan modal di ByteDance (induk TikTok) juga ikut serta dalam konsorsium pengendali.
Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi perkembangan ini dengan menyatakan, “Kami sudah mendapatkan kesepakatan soal TikTok.”
Trump dijadwalkan berbicara dengan Presiden China Xi Jinping pada Jumat untuk membahas kerangka kesepakatan tersebut.
Ia juga menandatangani perintah eksekutif yang memperpanjang tenggat waktu penjualan TikTok hingga 16 Desember 2025 guna memberi waktu tambahan menyelesaikan negosiasi. CNBC melaporkan, kesepakatan ini diperkirakan rampung dalam 30–45 hari.
Laporan Forbes mencatat, Larry Ellison kini menjadi orang terkaya kedua di dunia dengan kekayaan mencapai US$ 366,6 miliar.
Nilainya sempat melampaui US$ 400 miliar awal bulan ini setelah Oracle melaporkan proyeksi bisnis kecerdasan buatan (AI) yang melampaui perkiraan, mendekati kekayaan Elon Musk yang mencapai US$ 476,7 miliar.
Baca Juga: Hedge Fund Borong Saham AS Menjelang Prediksi Penurunan Suku Bunga The Fed
Sebelumnya, Trump telah tiga kali memperpanjang tenggat bagi ByteDance untuk melepas bisnis TikTok di AS atau menghadapi larangan operasi.
Pada April 2024, Kongres AS sepakat melarang TikTok karena dianggap menimbulkan ancaman keamanan nasional, mulai dari dugaan pengumpulan data pengguna, penyebaran propaganda China, hingga pelacakan kata-kata sensitif. Aplikasi ini bahkan sempat ditutup sementara di AS pada Januari lalu.