Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Sektor jasa Amerika Serikat (AS) secara mengejutkan mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam hampir satu tahun pada Mei 2025.
Di saat yang sama, tekanan harga dari sisi input meningkat, menandakan risiko periode perlambatan ekonomi yang disertai inflasi tinggi (stagflasi).
Institute for Supply Management (ISM) pada Rabu (4/6) melaporkan bahwa indeks manajer pembelian (PMI) non-manufaktur AS turun menjadi 49,9 pada Mei, dari 51,6 di April.
Baca Juga: Pertumbuhan Lapangan Kerja Swasta AS Anjlok di Mei, Hanya Tambah 37.000 Pekerjaan
Ini adalah angka terendah sejak Juni 2024 dan pertama kalinya berada di bawah ambang batas ekspansi 50 sejak saat itu.
PMI di bawah 50 menandakan kontraksi, sementara sektor jasa sendiri menyumbang lebih dari dua pertiga terhadap total ekonomi AS.
Hasil ini mengejutkan pasar. Sebelumnya, para ekonom yang disurvei Reuters memperkirakan PMI jasa akan meningkat ke 52,0, seiring mencairnya ketegangan dagang antara AS dan China.
Kondisi ini menguatkan kekhawatiran bahwa perekonomian AS tengah berada di persimpangan yang rentan, terutama setelah laporan ISM sebelumnya juga menunjukkan sektor manufaktur telah mengalami kontraksi tiga bulan berturut-turut hingga Mei.
Baca Juga: Trump Desak The Fed Turunkan Suku Bunga Usai Data Ketenagakerjaan ADP Melemah
Bahkan, pengiriman barang oleh pemasok mencatatkan waktu terlama dalam hampir tiga tahun akibat hambatan tarif.
Ketidakpastian akibat kebijakan tarif Presiden Donald Trump yang seringkali diterapkan secara mendadak, disebut para ekonom telah menyulitkan pelaku usaha dalam menyusun rencana jangka menengah.
Sejumlah perusahaan dari sektor ritel, maskapai hingga produsen otomotif bahkan memilih untuk tidak memberikan proyeksi kinerja keuangan mereka untuk tahun 2025.
Meskipun ancaman resesi belum mengemuka secara nyata, para analis kini menempatkan stagflasi dalam radar utama.
Salah satu indikatornya, indeks pesanan baru dalam survei ISM turun tajam ke 46,4, dari 52,3 di bulan sebelumnya.
Penurunan ini mengindikasikan bahwa dorongan pesanan sebelumnya akibat “panic buying” terkait tarif mulai memudar.
Baca Juga: AS Desak India Tinggalkan BRICS, 'Lebih Baik Berbisnis dengan Amerika'
Sementara itu, persepsi pelanggan bahwa stok barang mereka terlalu tinggi dibandingkan kebutuhan bisnis juga mengindikasikan potensi pelemahan aktivitas di bulan-bulan mendatang.
Masalah pada rantai pasok juga makin terasa. Indeks pengiriman pemasok di sektor jasa meningkat ke 52,5 dari 51,3, yang menunjukkan waktu pengiriman yang lebih lambat, biasanya menandakan ekonomi yang kuat, namun dalam kasus ini lebih disebabkan oleh kemacetan logistik.
Tekanan inflasi juga terkonfirmasi oleh lonjakan indeks harga yang dibayar untuk input jasa, yang naik ke 68,7, tertinggi sejak November 2022, dari 65,1 di April. Banyak bisnis kini mulai berupaya meneruskan beban tarif kepada konsumen.
Meski begitu, indeks ketenagakerjaan sektor jasa sedikit membaik menjadi 50,7 dari 49,0, mengindikasikan sedikit ekspansi dalam perekrutan.
Departemen Tenaga Kerja AS dijadwalkan merilis data ketenagakerjaan Mei pada Jumat (6/6) mendatang.
Konsensus Reuters memperkirakan penambahan 130.000 pekerjaan nonpertanian, turun dari 177.000 di April.
Sementara tingkat pengangguran diperkirakan tetap di angka 4,2%, dengan risiko kenaikan ke 4,3%.