Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Perdagangan Amerika Serikat, Howard Lutnick, menyampaikan bahwa Amerika Serikat optimistis dapat segera mencapai kesepakatan dagang baru dengan India.
Pernyataan ini disampaikannya dalam sebuah pidato utama pada acara promosi kerja sama ekonomi AS–India yang berlangsung di Washington.
Seruan untuk Mengurangi Keterlibatan India di BRICS
Mengutip watcher.guru, Lutnick menyoroti sejumlah titik sensitif dalam hubungan dagang AS–India dan secara terbuka menyarankan agar India mengurangi peran aktifnya dalam blok ekonomi BRICS (yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan).
Baca Juga: BRICS Terancam Pecah? India Kirim Sinyal Mundur dari Aliansi karena Faktor Ini
Ia menegaskan bahwa kedekatan India dengan Rusia, terutama dalam pembelian peralatan militer, telah menimbulkan ketegangan dengan Washington.
“Ada beberapa hal yang dilakukan pemerintah India yang cukup mengganggu Amerika Serikat, seperti pembelian perlengkapan militer dari Rusia,” ujar Lutnick.
Namun, ia mencatat bahwa pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi kini mulai beralih membeli senjata dari Amerika Serikat, yang dinilai sebagai langkah positif dalam memperbaiki hubungan bilateral.
Strategi AS Goyang Konsolidasi BRICS
Beberapa laporan menyebut bahwa Amerika Serikat tengah menggunakan India sebagai batu loncatan untuk melemahkan soliditas aliansi BRICS.
Di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan global akibat tarif tinggi yang diberlakukan Presiden Donald Trump terhadap sejumlah negara, India dinilai sebagai salah satu negara pertama yang mengambil inisiatif untuk menyesuaikan kebijakan dagangnya agar menguntungkan AS.
“Saya pikir India sedang berusaha keras menjadi salah satu negara pertama yang menjalin kesepakatan perdagangan dengan AS, dan saya sangat menghargainya,” ujar Lutnick.
Akses Pasar dan Pengurangan Defisit Dagang
Dalam pidatonya, Lutnick juga menekankan pentingnya akses pasar bagi perusahaan-perusahaan AS di India sebagai bagian dari kesepakatan dagang baru. Ia menyatakan bahwa AS berharap bisa mengurangi defisit perdagangan yang selama ini menjadi isu krusial dalam hubungan ekonomi kedua negara.
“Kami ingin akses pasar yang adil untuk perusahaan-perusahaan kami. Kami ingin menurunkan defisit perdagangan antara kedua negara,” tegasnya.
Sebagai timbal baliknya, AS akan memberikan akses khusus bagi India ke pasar Amerika, selama India bersedia membuka sektor-sektor ekonominya untuk investor dan produk asal AS.
Baca Juga: BRICS Bersatu, Siapkan Taktik Hadapi Gempuran Tarif Trump
Posisi India terhadap De-dolarisasi dan Peran IT
India, anggota BRICS, secara terbuka menolak agenda de-dolarisasi yang diusung oleh beberapa anggota blok tersebut.
Pemerintah Modi telah menegaskan bahwa mereka ingin mempertahankan hubungan dagang yang harmonis dengan AS dan tidak ingin merombak kesepakatan ekonomi yang telah ada. Mengingat pertumbuhan ekonomi India yang pesat, hubungan baik dengan Amerika dianggap vital untuk menjaga stabilitas bisnis dan investasi.
Selain itu, India saat ini menjadi tuan rumah bagi sektor teknologi informasi terbesar yang mendukung banyak perusahaan AS. Hubungan ini telah terjalin erat selama lebih dari tiga dekade. Gangguan terhadap sektor IT dapat menyebabkan perpindahan bisnis ke negara berkembang lain dan berisiko merugikan India secara ekonomi.
Hubungan Personal Trump–Modi Jadi Modal Diplomatik
Presiden Donald Trump kerap menyebut Perdana Menteri Modi sebagai “sahabat baiknya,” dan keduanya dikenal memiliki hubungan pribadi yang erat. Mereka saling memuji dan menghargai keputusan masing-masing sebagai langkah berani dan strategis.
India juga menjadi satu-satunya anggota BRICS yang secara eksplisit mendukung penggunaan dolar AS, dengan menolak gagasan de-dolarisasi. Hal ini memperkuat posisi India sebagai mitra strategis AS di kawasan Asia dan menjadikannya negara kunci dalam kebijakan ekonomi global Amerika.
Baca Juga: BRICS Cari Alternatif Sistem Pembayaran Antar Anggota di Tengah Ancaman Tarif AS
India: Pasar Bernilai Miliaran Dolar
Amerika Serikat menyadari potensi pasar India yang luar biasa, dengan populasi lebih dari 1,4 miliar jiwa. Potensi keuntungan dari pasar ini mencapai miliaran dolar.
Bahkan perusahaan seperti Starlink milik Elon Musk sedang merencanakan ekspansi ke India untuk menyediakan layanan internet berkecepatan tinggi dengan harga terjangkau, menyasar segmen konsumen yang lebih luas.