kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Orang Kaya Vietnam Ini Diprediksi Masih Sulit Berjaya di Bisnis Mobil Listrik


Senin, 08 Mei 2023 / 17:24 WIB
Orang Kaya Vietnam Ini Diprediksi Masih Sulit Berjaya di Bisnis Mobil Listrik
ILUSTRASI. Orang kaya asal Vietnam, Pham Nhat Vuong, pemilik VinFast, mempertaruhkan sebagian besar kekayaannya bisnis mobil listrik.


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Orang kaya asal Vietnam, Pham Nhat Vuong, mempertaruhkan sebagian besar kekayaannya untuk menggelontorkan banyak dana pada industri kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Pham disebut-sebut masih akan sulit mengikuti nasib pendiri Tesla Inc, Elon Musk.

Seperti diketahui, Elon Musk yang telah berdarah-darah memulai bisnis EV, kini akhirnya bisa menuai hasil yang sangat memuaskan. Namun, tampaknya jalan Pham masih akan begitu lama meraih hal tersebut.

Melansir Yahoo! Finance, Senin (8/5), Pham merupakan pemilik Vingroup JSC itu mempunyai perusahaan mobil, VinFast. Perusahaan Pham telah mengajukan penawaran umum perdana (IPO) setahun lalu dan telah menunda rencana untuk melantai di bursa saham Amerika Serikat (AS).

Vingroup JSC dan pemberi pinjaman telah mengerahkan dana sebesar US$ 8,2 miliar untuk mendanai biaya operasional dan belanja modal perusahaan mobil tersebut selama enam tahun terakhir.

Adapun hasil dari semua investasi yang dilakukan sangat kecil. Buktinya, VinFast hanya menjual 93.000 kendaraan dan 162.000 skuter listrik.

Baca Juga: Dorong Ekspansi Global, Vinfast Akhirnya Ajukan IPO di Bursa Saham AS

Terkait hal itu, Vuong dikabarkan baru saja melipatgandakan investasinya dengan menyediakan dana sebesar US$ 2,5 miliar untuk VinFast. Adapun US$ 1 miliar di antaranya berasal dari dirinya sendiri. Pada bulan ini, perusahaan tersebut berencana untuk mulai mengirimkan kendaraan sport utility vehicle VF 8 kepada pelanggan di AS.

Namun, dia menghadapi permasalahan baru, yakni masih belum jelasnya produk SUV Vinfest tersebut akan menarik perhatian publik di pasar mobil listrik yang kini makin ketat. Ditambah, baru-baru ini Tesla telah memangkas harga penjualan kendaraan EV.

Hal itu tentu membuat perusahaan Pham harus mengeluarkan biaya besar agar orang Amerika terbiasa dengan merek VinFast. Biaya tersebut juga diupayakan untuk membangun jaringan distribusi dan ritel kendaraan.

Seorang profesor dari Pusat Studi Keamanan Asia Pasifik,  Alexander Vuving, berpendapat perusahaan Pham kemungkinan besar akan membutuhkan kocek yang lebih dalam untuk menanggung kerugian selama bertahun-tahun demi mengembangkan produk VinFast.

Berdasarkan Bloomberg Billionaires Index, Vuong memiliki kekayaan bersih sebesar US$ 3,9 miliar. Setelah memulai bisnis VinFast, Vuong berbicara secara terbuka tentang ambisinya untuk menjual mobil di pasar AS dan kesediaannya untuk menghabiskan sebanyak US$ 2 miliar hanya untuk mencapai tujuan tersebut.

VinFast lantas menjadi sorotan pada tahun lalu, bahwa mereka akan berhenti membuat mobil bertenaga gas. Pada Maret, Presiden AS Joe Biden memuji rencana VinFast untuk membangun pabrik mobil listrik senilai US$ 4 miliar di North Carolina. Bulan berikutnya, perusahaan itu mengajukan IPO secara rahasia.

Namun, ada masalah yang muncul pada saat itu. Michael Lohscheller, seorang veteran eksekutif otomotif yang dipekerjakan dari produsen mobil terkemuka Jerman, Opel, hanya bertahan selama beberapa bulan sebagai kepala eksekutif global VinFast. Perusahaan mengatakan pada Desember 2021, Lohscheller mengundurkan diri karena alasan pribadi.

Beberapa minggu setelah pengajuan IPO secara rahasia, Vuong kemudian mengatakan dalam rapat pemegang saham Vingroup bahwa VinFast mungkin akan menunda IPO hingga 2023 dengan alasan masalah rantai pasokan dan ketidakpastian pasar.

Baca Juga: VinFast Vietnam Kirim Kendaraan Listrik Pertama ke Pelanggan di Amerika Serikat

Adapun mobil VinFast mendapat ulasan yang beragam. Seorang penulis untuk blog Jalopnik menyebut SUV VinFast tidak siap untuk dipasarkan di AS. Penulis itu menilai terdapat beberapa keanehan pada mobil tersebut, salah satunya soal pedal gas.

Meskipun demikian, VinFast terus melangkah maju. Mereka mengadakan perayaan pada November 2022 untuk pengiriman 999 mobil listrik pertama dikirim ke California, AS. Pada akhirnya harus tertunda.

Perusahaan Pham menyatakan tidak ada masalah dengan baterai kendaraan tersebut. Mereka mengatakan hal yang normal jika baterai habis saat dalam perjalanan.

Pada akhir Februari 2023, perusahaan mengumumkan akan memangkas pembayaran bulanan pelanggan sewa awal menjadi setengahnya, dengan mengenakan biaya US$ 399 per bulan.

VinFast akhirnya menyerahkan 45 SUV pertamanya kepada pelanggan di California pada 1 Maret 2023 dan sekarang memiliki 310 kendaraan di Amerika Serikat. Adapun 100 kendaraan lainnya menyusul untuk dikirim.

Baca Juga: VinFast Terima Pendanaan Hijau US$ 135 Juta yang Dipimpin oleh ADB

Meskipun Biden memberi VinFast dukungan untuk membangun pabrik di AS, tetapi RUU iklim menjadi permasalahan baru. Undang-undang pengurangan inflasi akan menguntungkan produsen yang sudah memiliki pabrik EV dan baterai yang sudah beroperasi.

Alhasil, VinFast telah memperingatkan bahwa fasilitasnya di North Carolina tidak akan mulai berproduksi hingga 2025.

Disebutkan bahwa Undang-undang tersebut benar-benar memberikan banyak tekanan kepada mereka. Sebab, hal itu merusak keuntungan biaya dan harga VinFast. Analis otomotif untuk Gartner, Mike Ramsey, menilai perusahaan Pham dihantam oleh kenyataan bahwa harus melakukan ekspansi di pasar yang sangat luas.

Di antaranya menyiapkan jaringan untuk distribusi, suku cadang pengganti, dan layanan tidak akan menjadi tugas mudah. Menurutnya, tanpa unsur itu, konsumen tidak akan merasa tenang karena mereka butuh perbaikan kendaraan suatu saat.

Sementara itu, seorang analis otomotif yang berbasis di Hong Kong untuk Bloomberg Intelligence, Steve Man, memperkirakan VinFast bisa saja mengikuti kiprah Tesla. Akan tetapi, membutuhkan waktu dan modal yang begitu besar.

Baca Juga: VinFast Kirim 1.879 Unit Kendaraan SUV Gelombang Kedua ke Amerika Utara



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×