kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.594.000   17.000   1,08%
  • USD/IDR 16.370   -5,00   -0,03%
  • IDX 7.155   47,14   0,66%
  • KOMPAS100 1.057   5,10   0,48%
  • LQ45 832   4,41   0,53%
  • ISSI 214   1,71   0,81%
  • IDX30 429   2,76   0,65%
  • IDXHIDIV20 512   2,62   0,51%
  • IDX80 121   0,63   0,53%
  • IDXV30 124   0,17   0,14%
  • IDXQ30 141   0,95   0,68%

Pajak Hotel di Kyoto, Jepang Bakal Naik, Ada Apa?


Jumat, 17 Januari 2025 / 16:21 WIB
Pajak Hotel di Kyoto, Jepang Bakal Naik, Ada Apa?
ILUSTRASI. Pemerintah Kyoto mengumumkan pada hari Selasa (14/1) rencana untuk menaikkan pajak penginapan hotel secara besar-besaran


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - KYOTO. Pemerintah Kyoto mengumumkan pada hari Selasa (14/1) rencana untuk menaikkan pajak penginapan hotel secara besar-besaran. Hal ini ditujuan untuk menurunkan jumlah wisatawan yang mengunjungi Kyoto. 

Pemerintah Jepang melihat jumlah wisatawan asing melonjak dalam beberapa tahun terakhir. 

Jumlah wisatawan yang mengujungi Jepang sepanjang tahun 2024 diperkirakan mencapai dari 35 juta orang.

Banyaknya jumlah wisatawan asing yang mengunjungi Jepang memicu kekhawatiran penduduk Jepang khususnya yang tinggal di Kyoto. 

Baca Juga: Bank Dunia: Kebijakan Tarif AS Bisa Menurunkan Prospek Pertumbuhan Global

Kyoto dapat ditempuh dengan kereta cepat dari Tokyo, dengan pemandangan Gunung Fuji di sepanjang jalan. Kota ini terkenal dengan para geisha berkimono dan kuil-kuil Buddha.

Penduduk mengeluhkan wisatawan yang tidak sopan melecehkan geisha seperti paparazzi untuk mengambil foto, serta menyebabkan kemacetan lalu lintas dan membuang sampah sembarangan.

Untuk mengurangi jumlah wisatawan di Kyoto, Pemerintah akan menaikkan pajak hotel. 

Untuk kamar dengan harga antara 20.000 hingga 50.000 yen (US$127 hingga US$317) per malam, pengunjung akan melihat pajak yang harus dibayar berlipat ganda menjadi 1.000 yen per orang per malam. 

Untuk akomodasi di atas 100.000 yen per malam, pajak akan melonjak sepuluh kali lipat menjadi 10.000 yen. Retribusi baru akan berlaku tahun depan, tergantung persetujuan dari dewan kota.

"Kami bermaksud untuk menaikkan pajak akomodasi guna mewujudkan pariwisata berkelanjutandengan tingkat kepuasan yang tinggi bagi warga, wisatawan, dan bisnis," kata sebuah pernyataan.

Ketidaknyamanan warga lokal

Ketegangan tertinggi terjadi di distrik Gion, tempat kedai teh tempat "geiko" – sebutan lokal untuk geisha – dan "maiko" magang mereka menampilkan tarian tradisional dan memainkan alat musik.

Tahun lalu, pihak berwenang melarang pengunjung memasuki gang-gang sempit tertentu di Gion setelah mendapat tekanan dari dewan warga setempat.

Baca Juga: Ukraina Kini Menghadapi Pasukan Bunuh Diri Korea Utara dalam Perang Melawan Rusia

Seorang anggota dewan memberi tahu media lokal tentang kejadian kimono maiko yang robek dan yang lainnya yang dijepit puntung rokok di kerahnya.

Pada tahun 2019, dewan distrik Gion memasang rambu yang bertuliskan dilarang memotret di jalan pribadi dengan peringatan denda hingga 10.000 yen.

"Saya menghargai wisatawan yang mengunjungi kota ini, tetapi ada juga beberapa sisi buruknya seperti dampaknya terhadap lingkungan," kata warga Daichi Hayase kepada AFP, menyambut baik pajak baru tersebut.

"Tetapi itu tidak berarti kota harus mengenakan pajak yang berlebihan. Turis tetap datang meskipun inflasi sedang tinggi," kata fotografer berusia 38 tahun itu.

"Jika ada beban pada infrastruktur, saya pikir mengenakan pajak pada wisatawan adalah ide yang bagus," kata turis Australia Larry Cooke, 21 tahun.

Tetapi dia mengatakan bahwa kota harus menemukan "keseimbangan yang tepat".

Fuji diblokir

Pariwisata telah berkembang pesat selama lebih dari satu dekade di Jepang, dengan kedatangan wisatawan asing meningkat lima kali lipat antara tahun 2012 dan ketika pandemi Covid menghancurkan perjalanan asing pada tahun 2020.

Sejak pembatasan dicabut, dan pemerintah berharap untuk menyambut 60 juta wisatawan per tahun pada tahun 2030, hampir dua kali lipat dari total yang diharapkan tahun lalu.

Pihak berwenang juga telah mengambil langkah-langkah di luar Kyoto, termasuk memberlakukan biaya masuk dan batasan harian untuk jumlah pendaki yang mendaki Gunung Fuji.

Tahun lalu sebuah penghalang didirikan sebentar di luar sebuah toko serba ada dengan pemandangan spektakuler gunung berapi yang tertutup salju yang telah menjadi magnet bagi pengunjung yang haus foto.

Dan pada bulan Desember Ginzan Onsen, kota sumber air panas Jepang dengan pemandangan bersalju yang dibuat untuk Instagram mulai menghentikan siapa pun yang datang setelah pukul 8 malam (7 malam, waktu Singapura) jika mereka belum memesan hotel.

Baca Juga: Biden Meminta Netanyahu untuk Lebih Memperhatikan Rakyat Palestina

Selanjutnya: Kemenangan Sengketa Sawit di WTO Perkuat Indonesia dalam Perundingan IEU-CEPA

Menarik Dibaca: Antisipasi Hujan di Denpasar, Pantau Prakiraan Cuaca Besok di Bali



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×