Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Financial Times melaporkan pada hari Kamis (/6/2021), pakar penyakit menular terkemuka AS Dr. Anthony Fauci telah meminta China untuk merilis catatan medis sembilan orang pekerja laboratorium Wuhan. Penyakit kesembilan staf tersebut kemungkinan bisa memberikan petunjuk penting apakah Covid-19 pertama kali muncul sebagai akibat dari kebocoran laboratorium.
"Saya ingin melihat rekam medis dari tiga orang yang dilaporkan sakit pada tahun 2019. Apakah mereka benar-benar sakit, dan jika ada, sakit apa?" tulis laporan itu yang mengutip Fauci yang mengatakan tentang tiga dari sembilan pekerja lab Wuhan.
Reuters mengutip Financial Times memberitakan, asal usul virus itu diperdebatkan dengan panas, di mana badan-badan intelijen AS masih memeriksa laporan bahwa para peneliti di laboratorium virologi China di Wuhan sakit parah pada 2019, sebulan sebelum kasus Covid-19 pertama dilaporkan di China.
Namun, para ilmuwan dan pejabat China secara konsisten menolak hipotesis kebocoran laboratorium, dengan mengatakan virus itu bisa saja beredar di wilayah lain sebelum menyerang Wuhan dan bahkan mungkin memasuki China melalui pengiriman makanan beku impor atau perdagangan satwa liar.
Baca Juga: Jika teori kebocoran laboratorium Wuhan terbukti, Xi Jinping bisa digulingkan
Seorang juru bicara kementerian luar negeri China, Wang Wenbin, menolak berkomentar langsung apakah China akan merilis catatan sembilan orang itu. Namun dia dengan tegas membantah bahwa laboratorium itu memiliki kaitan dengan wabah Covid-19.
Pada briefing reguler pada hari Jumat (4/6/2021), Wang merujuk pada pernyataan 23 Maret dari Institut Virologi Wuhan yang mengatakan tidak ada staf atau lulusan yang dikonfirmasi telah tertular virus.
Baca Juga: WHO titahkan riset ulang soal kapan virus Covid-19 muncul di Italia
Wang menegaskan kembali posisi China bahwa laporan kebocoran laboratorium adalah "teori konspirasi."
Financial Times melaporkan bahwa Fauci terus percaya bahwa virus itu pertama kali ditularkan ke manusia melalui hewan. Hal ini menunjukkan bahwa bahkan jika para peneliti laboratorium memang terinfeksi Covid-19, mereka dapat tertular penyakit dari populasi yang lebih luas.