kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45982,54   -7,83   -0.79%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pamor Dolar AS Memudar Seiring Meredanya Inflasi, Dolar Australia Menguat


Selasa, 27 Desember 2022 / 14:09 WIB
Pamor Dolar AS Memudar Seiring Meredanya Inflasi, Dolar Australia Menguat
ILUSTRASI. Keperkasaan dolar Amerika Serikat (AS) mulai memudar seiring inflasi yang terkendali.. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Keperkasaan dolar Amerika Serikat (AS) mulai memudar seiring inflasi yang terkendali dan selera risiko investor membaik. Mengutip Reuters, Selasa (27/12), dolar AS bergerak lebih rendah.

Sementara itu, mata uang Australia dan Selandia Baru melonjak karena selera risiko tumbuh, seiring keputusan Komisi Kesehatan China  yang akan membatalkan aturan karantina Covid untuk turis yang masuk per 8 Januari 2022. 

Di sisi lain, Beijing menurunkan peraturan untuk menangani kasus Covid-19 menjadi Kategori B yang tidak terlalu ketat dari Kategori A yang merupakan tingkat atas. Ini menjadi sinyal bahwa China menuju pelonggaran pembatasannya. 

Baca Juga: Bursa Asia Menghijau, Didukung Pelemahan Dolar AS dan China Cabut Aturan Karantina

Dolar Selandia Baru menguat 0,65% menjadi US$ 0,63115 sementara dolar Australia naik 0,25% menjadi US$ 0,67485 dalam sebagian besar perdagangan di tengah musim liburan akhir tahun. Kedua mata uang tersebut sering digunakan sebagai proxy likuid untuk yuan China.

"Tampaknya tidak ada penurunan dalam laju pelonggaran pembatasan Covid-19 meskipun kasusnya melonjak di daratan. Ini mungkin menunjukkan tekad pembuat kebijakan China untuk membuka perbatasan sepenuhnya,” ujar kata Christopher Wong, ahli strategi mata uang di OCBC. 

Ia menambahkan, berbagai pengamat melihat China berpotensi mengambil langkah luar biasa untuk mendukung pertumbuhan perekonomian negara. Sedangkan, pound sterling naik 0,16% menjadi $1,20865, sementara euro naik 0,06% lebih tinggi menjadi $1,06395.

Data yang dirilis pemerintah AS pada pekan lalu, menunjukkan belanja konsumen AS hampir tidak meningkat pada bulan November. Sementara inflasi semakin menurun, memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve dapat mengurangi jalur pengetatan kebijakan moneter yang agresif.

"Sejalan dengan tren musimannya, Desember telah menjadi bulan yang lemah bagi greenback. Perlu diingat bahwa dolar naik dalam empat tahun terakhir di bulan Januari. Pandangan kami untuk awal 2023 masih salah satu pemulihan dolar,” kata ahli strategi ING FX Francesco Pesole.

Yen Jepang naik 0,1% menjadi 132,75 per dolar, karena mata uang negeri sakura yang baru-baru ini rapuh terus didukung oleh perubahan kejutan Bank of Japan (BOJ) terhadap kebijakan kurva imbal hasil minggu lalu.

Baca Juga: Kewajiban Neto Posisi Investasi Internasional Indonesia Turun di Kuartal III-2022

Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda pada hari Senin mengesampingkan kemungkinan keluarnya kebijakan moneter ultra-longgar dalam waktu dekat, bahkan ketika pasar dan pembuat kebijakan mengisyaratkan peningkatan fokus pada apa yang terjadi setelah masa jabatan Kuroda berakhir pada April tahun depan.

"Perubahan kebijakan telah menambah ketidakpastian pada prospek BOJ, kami terus bersandar pada pembuat kebijakan BOJ yang tidak membuat penyesuaian kebijakan lebih lanjut hingga akhir 2023. Tekanan inflasi diperkirakan akan mereda, yang akan mengurangi motivasi BOJ untuk langkah kebijakan lebih lanjut," kata analis di Wells Fargo.

Untuk industri mata uang kripto, pemberi pinjaman crypto Vauld telah membatalkan potensi akuisisi oleh saingannya Nexo, menurut laporan CoinDesk. Bitcoin terakhir sedikit lebih rendah di US$16.914, sementara Ether tergelincir 0,1% menjadi US$1.227.




TERBARU

[X]
×