Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Dalam kajian pertahanan tahunannya, Jepang menuduh China terus meneruskan klaim teritorialnya di Laut China Timur dengan lebih kuat dari tahun-tahun sebelumnya.
Para analis pun menyoroti bagaimana Beijing telah menjadi ancaman jangka panjang dan lebih serius daripada Korea Utara dengan senjata nuklirnya.
Baca Juga: Kasus corona tambah 1 juta hanya dalam lima hari, WHO keluarkan peringatan
Pemerintah Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyetujui kajian yang mengatakan China terus berusaha untuk mengubah status quo di Laut China Timur dan Laut Cina Selatan.
Beijing juga menyebarkan disinformasi sambil memberikan bantuan medis kepada negara-negara yang terpukul keras oleh wabah pandemi corona.
Buku putih itu menggambarkan intrusi tanpa henti oleh kapal-kapal China di perairan sekitar sekelompok pulau yang diklaim oleh kedua negara di Laut China Timur, yang dikenal sebagai Senkakus oleh Jepang dan Diaoyus oleh China.
Hal ini juga merujuk pada penciptaan dua distrik administratif sepihak China di Laut Cina Selatan, di mana Beijing memiliki klaim yang tumpang tindih dengan Brunei, Malaysia, Filipina, Vietnam dan Taiwan.
Baca Juga: Tolak klaim AS, China: Berhentilah membuat perpecahan di Laut China Selatan
Kedua distrik, bernama Xisha dan Nansha, masing-masing menggunakan nama China untuk menyebut Kepulauan Paracel dan Kepulauan Spratly yang disengketakan.